Dari LabSchool ke DigiLabHome : Pembelajaran IPS Menyenangkan
Agustus 14, 2020
Eksistensi Guru dan Kebiasaan Baru
Virus Corona yang menyebar begitu masif mengakibatkan pembelajaran tatap muka langsung dihentikan. Guru bekerja dari rumah (Work form Home), murid belajar dari rumah (Study from Home) menjadi istilah yang viral di jagat media dan lingkungan sekitar.
Dalam keadaan darurat, polemik begitu mengemuka. Kendala dan tantangan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi diskursus yang tak pernah usai. Apakah Guru Menyerah pada Keadaan? Tidak. Sekali lagi, tidak akan pernah menyerah. Termasuk penulis dan juga Anda.
Penulis tidak akan memaparkan sisi negatif Pandemi Virus Corona. Lebih pada melihat tantangan yang harus dijalani guru sebagai peluang untuk “berubah”. Mengapa? Karena dengan “kebiasaan baru” dan “keadaan darurat” guru betul-betul dituntut melek dan memanfaatkan Information technology (IT).
Hakikat Bekerja dari Rumah (Work from Home)
Sebelum pandemi virus corona masif menyebar, kemampuan guru dalam penguasaan IT begitu rendah. Hanya segelintir guru yang mau dan mampu memanfaatkan IT untuk merancang, melaksanakan, menilai, dan melakukan tindak lanjut proses pembelajaran. Saya yakin, guru paham betul kondisi ini, meskipun tidak harus dipukul rata.
Dengan Work From Home, guru mulai menyesuaikan keadaan. Ketersediaan sarana IT yang dapat mendukung PJJ khususnya pembelajaran berbasis internet menjadi tuntutan yang harus direalisasikan. Guru menyisihkan sebagian penghasilan untuk melengkapi sarana IT yang dimiliki.
Merancang dan Memanfaatkan IT untuk Pembelajaran IPS
Hamid Muhammad (Plt. PAUD Dikdasmen Kemendikbud) dalam artikel di Kompas.com (16 Juni 2020) menegaskan bahwa PJJ tak sama dengan pembelajaran dalam jaringan ( daring). PJJ dibagi menjadi dua jenis yaitu pembelajaran luar jaringan (luring) dan pembelajaran daring. Pembelajaran daring menggunakan model interaktif berbasis internet seperti video teleconference dan Learning Manajemen System (LMS). Contoh LMS seperti Rumah Belajar, Ruang Guru dan Quipper. Penerapan luring melalui peminjaman buku pegangan siswa, termasuk mengakses lewat televisi dan radio.
Ketersediaan berbagai konten edukasi mendorong penulis untuk tidak terlalu jauh ketinggalan zaman. Dengan work from home, rumah penulis dijadikan laboratorium digital. Meminjam istilah Omjay Labschool, penulis menduplikasi menjadi DigiLabHome. Keren juga khan?.
Langkah awal, penulis melengkapi sarana IT dengan belanja modem, webcam, hingga microphone. Penulis bersyukur, sejak menjadi guru (Tahun 2000) sudah mempunyai perangkat PC yang cukup lengkap. Sehingga bisa berkreasi (meskipun terbatas) memanfaatkan IT untuk pembelajaran IPS.
Webinar, webimtek, workshop online dan sejenisnya bisa penulis ikuti untuk menambah wawasan dan mengasah kemampuan IT. Tutorial merancang media hingga penilaian yang banyak tersedia di Youtube, Website, maupun Blog yang sekiranya sesuai dengan rancangan dan dapat diaplikasikan pembelajaran IPS mulai dibuat sendiri.
Modul pembelajaran IPS memanfaatkan aplikasi ISpring, Presentasi (Google Slide), dan penilaian (Google Form) adalah sedikit contoh pemanfaatan IT yang penulis rancang sendiri. Ada kelebihan merancang sendiri konten pembelajaran. Dengan merancang sendiri, penulis dapat berimprovisasi menautkan materi, gambar, animasi, karakter melalui konten aplikasi sesuai kebutuhan dan tampilan yang interaktif.
Modul IPS memanfaatkan ISpring yang penulis rancang bukan sekedar menyajikan materi yang kaku. Materi dari berbagai sumber (Buku dari Kemendikbud sebagai rujukan utama), gambar, dan karakter bisa dengan mudah dimainkan dengan ISpring. Siswa diajak lebih dalam menganalisis dan menjawab permasalahan dari berbagai sudut pandang dan rujukan ilmiah.
Penilaian dari aplikasi Google Form juga tak kalah menarik dan menantang. Guru dapat merancang dan melaksanakan penilaian bentuk pilihan ganda (multiple choice), benar-salah (True -False) dan pilihan lainnya secara interaktif.
Guru dapat menguji ketelitian dan analisis siswa dengan membandingkan kondisi fisik suatu wilayah dan lainnya. Gambar bisa disisipkan lewat tools unggah file folder, kamera, alamat url, dokumen foto, google drive, maupun penelusuran gambar di mesin pencari google. Google Form secara otomatis mengoreksi hasil penilaian. Lewat spreadsheet yang bisa didownload, guru dapat melakukan analisis dan tindak lanjut tanpa ribet lagi.
Penulis sebetulnya ingin lebih memanfaatkan pembelajaran berbasis video dan animasi. Namun, karena keterbatasan daya beli kuota dan sinyal internet di lingkungan siswa, video dan animasi hanya dijadikan materi alternatif. Semoga dengan “Program Internet Gratis dan Bantuan Gawai” dari pemerintah, keterbatasan dapat dikikis. Guru lebih mampu berimprovisasi dan berinovasi memanfaatkan IT untuk dunia pendidikan.
Bagaimana? Sudah siapkah Anda sebagai guru terdepan mengikuti perubahan dalam kondisi apapun? Apakah rumah Anda sudah difungsikan sebagai DigiLabHome untuk berimprovisasi dan berinovasi? Pilihan ada pada Anda sebagai guru melek IT. Jangan kalah dengan Om Jay ya….!
Rujukan :
Wahyu Adityo Prodjo, 2020. Pembelajaran Jarak Jauh bukan Pembelajaran Daring, Ini Penjelasannya. Dalam : Kompas.com.
Google Apps for Windows 7
Wikipedia.go.id
https://digilabhome.blogspot.com/2020/08/dari-omjay-labschool-ke-digilabhome.html
Mantaaap om Jay… Tulisan yang sangat menginspirasi… Terima kasih
Apalagi kami di daerah.
Bukan hanya kuota dan sinyal, bahkan gawainya ada yg belum punya.
Namun sejauh bisa mengakses murid kls 6 kami, kami kenalkan media daring paling sederhana misalnya dg google class, quizizz, WA auto, dan tentu blog (setelah ikut kulwap belajar menulis gel. 15)
mari kita gunakan teknologi yg ada di rumah siswa dan guru
betul. Omjay suka sekali bacanya. Pilihan dewan juri memang tepat.
Selamat bagi pemenang.. Salut OmJay..sukses
Mantap betul ya tulisannya. Isinya sangat sesuai untuk pembalajaran jarak jauh ini. Menginspirasi, memotivasi. Lengkap deh popkoknya. Luwaaar biyasa….
tulisan yang aplikatif
Mantap
Begitu juga dengan kami di pedalaman yang sulit mendapatkan akses internet, tapi itu tidak mematahkan semangat para siswa untuk bekerja. Selamat untuk penulisnya