Boleh saja, sebab di sekolah swasta tidak perlu ada kepala sekolah yang berasal dari lulusan guru penggerak kemdikbudristek. Omjay belum tahu kalau di sekolah negeri. Di sekolah kami, sekarang ada penjaringan bakal calon kepala sekolah SMP dan SMA Labschool Jakarta dan Kebayoran. Kedua sekolah ini di bawah naungan yayasan pembina UNJ. Tentu saja sekolah swasta.
Kepala sekolah lama sudah habis masa jabatannya selama dua periode dan akan digantikan oleh kepala sekolah baru di lingkungan sekolah laboratorium Labschool Yayasan Pembina (YP) Universitas Negeri Jakarta atau UNJ.
Panitia seleksi seleksi memberikan pedoman seleksi kepala sekolah yayasan pembina UNJ. Syarat dan mekanisme pemilihan calon kepala sekolah sudah dituliskan informasinya secara detail oleh pengelola sekolah laboratorium Labschool Yayasan Pembina UNJ. Tidak ada syarat pernah ikut pendidikan guru penggerak kemdikbudristek.
Dalam hati Omjay ingin sekali mendaftarkan diri dan ikut seleksinya. Namun, istri tidak mendukung dan katanya lebih baik fokus untuk menjadi kepala keluarga yang baik saja di rumah. Kalau nanti menjadi kepala sekolah malah sibuk mengurusi sekolah, dan akhirnya tidak fokus mengurus keluarga di rumah. Kata istri “rumahku adalah surgaku.”
Kedua Omjay pernah terkena serangan stroke dan istri khawatir akan ada serangan stroke kedua. Bila dipaksakan akan sangat bahaya bagi kesehatan Omjay. Istri ingin suami tidak terlalu lelah dan hidup sederhana apa adanya.
Ketiga, selama ini belum pernah ada kepala sekolah terpilih yang berasal dari guru biasa. Rata-rata pernah menjabat sebagai wakil kepala sekolah. Jadi kata seorang kawan yang sudah lama mengajar di Labschool UNJ, belum pernah ada kepala sekolah yang terpilih dari guru biasa dan ikut tes kepala sekolah.
Seorang kawan yang baik hati menasehati Omjay untuk tidak ikut seleksi bakal calon kepala sekolah. Sebab ada saudaranya terkena serangan stroke. Kalau sudah pernah terkena serangan stroke, maka akan ada serangan stroke kedua. Jadi sebaiknya hindari jabatan atau amanah yang dapat menimbulkan serangan stroke.
Omjay menjadi teringat ketika pertama kali menjadi guru. Omjay diminta mengajar keterampilan komputer di SMP dan SMA IKIP Jakarta. Waktu itu kepala sekolahnya bapak Arief Rachman, dan wakil kepala sekolahnya pak Marsudiono, dan pak Fakhrudin.
Omjay melihat tidak mudah menjadi seorang kepala sekolah. Apalagi ketika ada masalah di sekolah, dan memimpin rapat kenaikan kelas. Omjay perhatikan kepala sekolah harus tegas mengambil keputusan, dan kemudian keputusan tersebut diterima oleh semua guru di Labschool.
didapatkan oleh akun yang datanya telah lengkap.
KLIK
TERPOPULER
TERBARU
HEADLINE
TOPIK PILIHAN
K-REWARDS
KOMUNITAS
KKN
EVENT
VIDEO
LAGI RAME!
Garuda Muda Menunggu Macan-Macan Asia Bertarung
Fantastis, Timnas Indonesia Lolos Perempatfinal!
MK Menolak Gugatan Paslon 01 dan Paslon 03
Kartini: Perempuan, Keputusan Emosional, dan Gelitik Genetika
Mendongkrak Literasi Kartini 4.0
Seragam Sekolah, Beban Orangtua atau Simbol Kesetaraan?
Wijaya Kusumah
Guru Blogger Indonesia – Guru Blogger Indonesia
Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.
SELANJUTNYA
FOLLOW
KIRIM PESAN
PENDIDIKAN
Bolehkah Guru Penggerak Menolak Menjadi Kepala Sekolah?
24 April 2024 17:44 Diperbarui: 24 April 2024 17:44 34 1 0
+
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri
Sore ini semua guru di SMP Labschool Jakarta dikumpulkan dalam rapat penjaringan bakal calon kepala sekolah. Bapak kepala sekolah memberikan pengarahan tentang penjaringan bakal kepala sekolah di lingkungan Yayasan Pembina UNJ.
Sebagai salah seorang yang telah lulus menjadi guru penggerak angkatan 7 Kemdikbud ristek, Omjay sempat menjadi bingung antara mencalonkan diri dan tidak mencalonkan diri. Alhamdulillah sekarang Omjay semakin mantap untuk tidak mencalonkan diri.
Dari hasil pemilihan di sekolah, ternyata Omjay kurang mendpatkan dukungan dari teman-teman sejawat. Dari sana Omjay harus tahu diri. Kemampuan saja tidak cukup, perlu dukungan dari banyak pihak. Sebab jabatan kepala sekolah adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.
Bolehkah seorang guru penggerak menolak dicalonkan sebagai kepala sekolah? Boleh dan tidak pernah ada pemaksaan untuk menjadi kepala sekolah. Hal itulah yang Omjay ketahui. Bagaimana menurut anda?
Salam blogger persahabatan
Omjay
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Bolehkah Guru Penggerak Menolak Menjadi Kepala Sekolah?”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/wijayalabs/6628c1cd14709341560d6723/bolehkah-guru-penggerak-menolak-menjadi-kepala-sekolah?page=2&page_images=1
Kreator: Wijaya Kusumah
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com