
Bisakah anda membuat tulisan dari foto buah pisang berikut ini? Tulisan harus diposting di wa group dan bukan di blog. peserta yang beruntung akan mendapatkan hadiah buku dari Omjay dkk.
Pisang buah yang merakyat
Tiada hari tanpa ada buah pisang di rumahku.Bukan tanpa sebab buah ini menjadi buah kesukaan keluargaku. Buah ini pernah menjadi penyelamat salah satu anggota keluargaku kala itu karena itu kami selalu menyediakannya di rumah untuk keluargaku.
Kami biasa menyantapnya sebagai buah segar. Tetapi kadang-kadang saya menggorengnya untuk camilan teman minum teh untuk keluargaku.
Selain rasanya yang manis, buah ini banyak manfaatnya.
Buah ini yang memiliki warna kekuningan ketika masak ini mengandung banyak vitamin A, B6,dan C. Selain itu ada kandungan kalium dan magnesium yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh.
Untuk mendapatkan buah ini sangat mudah karena banyak ditemukan di toko-toko buah atau stand khusus buah pisang. Karena buah ini sudah banyak di tanam di kebun dan pekarangan rumah penduduk.
Aku memiliki pengalaman berkenaan dengan buah ini. Dulu suamiku pernah sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Tubuhnya lemah dan susah untuk beraktifitas. Asal mulanya adalah dia keseringan berada di ruangan yang bersuhu rendah. Aku mengira kalau dia kekurangan zat kalsium. Lalu aku membawanya ke rumah sakit dan dokter menyarankan untuk rawat inap.
Setelah beberapa hari dirawat,tidak ditemukan suatu penyakit apapun. Makannya pun lahap seperti orang sudah sehat hanya tubuhnya masih lemah.
Berkali-kali dokter mengambil sampel darah untuk dites kemungkinan ada penyakit tertentu, tetapi belum ditemukan. Sampai pada tes yang ke delapan baru diketahui kalau tubuhnya kekurangan zat kalium. Kalium adalah satu jenis elektrolit di dalam tubuh.Elektrolit ini berperan penting dalam mengatur cairan tubuh,menghantar sinyal listrik pada saraf, dan mengatur kontraksi otot. Kekurangan zat ini dapat mengganggu aktifitas tulang-tulang dan gerak dalam tubuh. Tulang-tulang tubuh suamiku seperti lemas dan tidak bisa bergerak tetapi bukan lumpuh.
Dokter lalu menyarankan untuk mengkonsumsi beberapa makanan untuk meningkatkan kalium dan salah satunya adalah buah pisang.
Alhamdulillah. Ternyata buah pisang memiliki banyak manfaat. Selain ituharganya pun sangat murah dan terjangkau oleh masyarakat. Karena itu banyak yang menyebut buah ini adalah buah rakyat.
Sda, 9Juli 2021
Sri Andayani
Pisang dan “Pisangan”
Entah kenapa kalau melihat, mendengar, atau membayangkan pisang yang ada di kepala saya selalu berhubungan dengan tempat saya tinggal. Laah, koq bisa??
Iya, saya tinggal di daerah Bekasi dengan kampung bernama Kampung Pisangan. Daerahnya memang tidak besar dan tidak indah karena sudah banyak sekali tanah yang beralih menjadi perumahan namun cukup nyaman untuk ditinggali. Terbukti banyak pendatang dari berbagai luar daerah menautkan hati dan raganya di kampung tercinta.
Kembali ke pisang, banyak yang tanya kenapa daerah saya dinamai kampung pisangan. Sejujurnya, saya juga tidak tahu kenapa dinamai kampung Pisangan. Padahal saya sudah 40 tahun lebih tinggal di daerah ini (mungkin sudah ratusan tahun dengan nama seperti itu karena kakek buyut saya juga tinggal di daerah ini dengan nama yang sama).
Satu yang pasti, ketika saya kecil memang banyak sekali pohon pisang di tempat tinggal saya. Bahkan dari sekian banyak pohon yang ada, pohon pisang lah yg mendominasi. Mulai dari buahnya yg menjadi konsumsi penduduknya walau tidak hampir setiap hari, sampai daunnya yang kering digunakan untuk membungkus nasi goreng cap kepal-kepal tangan menemani perjalanan ke sekolah. Belum batang pohonnya yang juga selalu menemani kemana pun kami berenang di kali dan aliran sawah saban hari (kalenan, kami menyebutnya). Hmmm, sungguh menyenangkan.
Nyatanya dulu, buah pisang yg saya kenal ini memang bermacam-macam namanya, mulai dari pisang Raja Sereh, pisang Ambon, pisang Kepok, pisang Lampung, pisang Uli, dan banyak jenis lainnya yang secara riil saya tahu karena bapak dulu sering memborong buah pisang untuk di bawa ke pasar. Namun tunggu dulu, sebelum dibawa ke pasar, pisang-pisang tersebut terlebih dulu diimbuh (bahasa Bekasinya, “disekep”) selama beberapa hari dengan karbit (bentuknya kayak batu kerikil sebesar kepalan tangan anak lecil) agar cepat masak/menguning. Satu hal yang sampai sekarang diingat adalah ketika membuka pisang yang sudah matang, ada sesuatu yg sangat dinanti untuk dicari. Ya, sisa karbit yg digunakan untuk mengimbuh pisang. Senang sekali rasanya mendapatkan sisa karbit tersebut. Biasanya saya berlari dan mencari sumber air untuk merendam karbit tersebut. Dan hasilnya, bluk, bluk, bluk, air tersebut mendidih dan berbusa. Ada aroma tertentu yang keluar dari asap karbitan, bau bau gitu. Sederhana memang, tapi bagi saya itu sangat menyenangkan.
Sayangnya, saat ini jarang sekali saya menemukan pohon pisang di sekitar saya, apalagi pohon yg berbuah sampai matang ditandannya. Tiada lagi anak-anak atau keponakan yang mengenal si daun klaras pembungkus nasi goreng emak, pembungkus terasi, atau pembungkus cabai bawang. Semuanya hanya kenangan, kenangan yang hanya diingat lewat nama, yaitu kampung Pisangan.
Bekasi, Jum’at 9 Juli 2021
Oleh: Muhidin
Sri Nyonyah di Kota Pisang
Buah pisang adalah buah kesukaan suamiku dan anak sulungku. Terutama pisang cavendis yang cantik tampak hijau kekuningan dan menyegarkan. Buah pisang merupakan buah sumber serat, Vutamin A, vitamin B dan vit C. Tetapi sayang sekali aku tidak menyukainya.
Bicara tentang pisang aku punya ceritanya kenapa aku sekarang tidak suka pisang. Ketika aku masih kanak – kanak di rumahku banyak seklai pohon pisang. Baik di pekarangan belakang rumah ataupun di kebon. Maklum saja aku berasal dari daerah yang disebut sebagai kota pisang yaitu banyuwangi. Tetapj semenjak mewabahnya hama virus sekitar tahun 2003 yang mematikan banyak pohon pisang terutama pisang kepok, maka pohon pisang sudah jarang lagi terlihat. Pohon pisang yang diserang hama virus daunnya mengering seperti terbakar kemudian lama kelamaan akan mati. Sekarang nama Banyuwangi sebgai kota pisang sudah tidak terdengar lagi gaungnya. Namun demikian sekarang masih terkenal dengan pisang sale nya.
Aku masih terkenang pada masa kanak – kanakku. Kalau bermain bersama teman, kami tidak menggunakan nama asli tetapi memakai nama pisang dan aku selalu dijuluki pisang sri nyonyah. Pisang sri nyonyah itu bentuknya kurus panjang, warnanya hijau pucat. Karena tubunku yang tinggi kurus dan kulitku putih seperti kulit orang tionghoa sehingga temanku memanggilku sri nyonyah.
Pada saat itu orang tuaku selalu menyiapkan satu tundun pisang kepok di rumah. Bukan pisang yang mateng yang disipkan tetapi pisang yang sudah tua sehingga matengnya tidak bersamaan. Ketika pisang sudah menguning di tandannya langsung aku makan , dan kalau sudah terlalu mateng tetapi belum bisa aku habiskan pisang dijemur di atas atap rumah orang tuaku. Pada saat pisang sudah agak kering aku naik di teras rumah nenkku untuk mengambil pisang sale itu (pisang mateng yanag sudah dijemur). Kalau ditau oleh mak Isah nenekku pasti beliau akan beteriak ”byeng turun, nanti jatuh biar emak yang akan ambilkan”. Tapi aku tidak perduli yang penting aku makan pisang. Beberapa hari kemudian nyiru tempat jemurnya sudah kosong. Byeng adalah sebutan untuk anak perempuan suku osing. Suku osing adalah suku asli Banyuwangi. Aku adalah asli suku osing, bisa juga disebut BA alias banyuwangi asli.
Aku tidak ingat sejak kapan tepatnya aku mulai tidak menyukai buah pisang. Mungkin karena sejak kecil sudah terlalu banyak makan pisang dan terlalu banyak lihat buah pisang sehingga sekarang aku tidak suka makan buah pisang. Kini aku tinggal di rantau yaitu di pulau Lombok yang salah satu makanan khasnya adalah sayur ares atau sayur yang dibuat dari pohon pisang kepok. Meskipun aku tidak suka buahnya tetapi sayur ares adalah makanan favoritku. Selain makanan favorit masih ada lagi yang aku suka tentang pisang. “Ba na na….ba ba nana..”.itulah yang selalu diucapkan oleh makhluk kecil berbentuk pisang yang bergerombol di sekitar Gru, apakah itu ? Cerita Film Despicable me. Aku pernah menontonnya bersama anak anakku. Dan aku menyukainya meskipun aku sudah lupa jalan ceritanya.
Pisang Uli
Tak sengaja ketika mengambil daun pisang untuk memepes ikan yang sudah dibumbui untuk menu siang ini, terlihat satu pohon pisang berbuah lebat, diperhatikannya pisang itu ada beberapa biji yg sudah kuning, itu artinya sudah tua dan saatnya untuk diambil. Ditebanglah pohon pisang itu dan dibawalah pulang untuk disimpan beberapa malam di dalam tempat yang membuatnya cepat matang.
Beberapa hari kemudian pisang Ulipun matang dan siap dibagikan kepada kerabat yang dekat dengan rumah, pisang yang begitu subur dan tak bosan berbuah kami jadikan bahan untuk teman ngopi dipagi hari yaitu dibuat pisang goreng kesukaan keluarga yang rasanya manis dan enak.
Selain dijadikan pisang goreng, pisang Uli bisa dijadikan sanntapan penutup makan “cuci mulut” Karena dengan rasanya yang manis membuat kita tak ragu untuk memakannya.
Lebak, 9 Juli 2021
Mariana sribudiyanti