Duduklah sebentar untuk menulis.
Tidak dibutuhkan otak untuk bisa menulis. Sungguh anda hanya memerlukan pantat atau duduk sebentar untuk menulis.
Saya biasanya juga seperti itu. Sampai saya tidak tahu kalau ada orang jahat mengintai ponsel jadul saya. Begitulah saya, bila sudah menulis, maka saya akan konsentrasi penuh.
Almarhum Nusa Putra pernah mengatakan kepada saya, menulislah seperti sholat. Kita harus khusyuk agar bisa bertemu dengan Allah melalui ibadah sholat kita. Jangan terburu buru dalam menulis. Baca kembali sebelum dibaca oleh orang lain.
Perhatikan tanda baca. Perhatikan kata demi kata. Lalu baca kalimat demi kalimat pelan pelan.
Setelah makan siang dengan sayur asem dan sambal plus tempe dan tahu, mata sudah mulai mengantuk. Kata dokter Firdaus tidak boleh langsung tidur. Lebih baik saya menulis saja.
Saya duduk di teras rumah. Tidak berani lagi duduk di depan rumah. Ini ponsel masih pinjam sama istri. Jadi saya bisa menulis lagi.
Habis sholat Jumat di masjid Al hidayah kompleks TNI Al Jatibening indah Bekasi, saya mampir ke warung Sunda. Banyak makanan lezat ada di warung itu.
Seandainya tulisan saya seperti makanan yang lezat itu, pasti akan langsung dilahap Pancasila eh pembaca.
Menulis pakai ponsel mungil punya istri memang sulit sekali. Saya harus pelan pelan menuliskannya. Semoga bisa langsung beli lagi. Dengan HP yang besar dan sesuai dengan dua jempol tangan kanan dan kiri. Jempol kanan masih senat senut. Ada luka bekas insiden kemarin. Semoga lukanya cepat mengering. Aamiin.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog http://wijayalabs.com