Malam ini, malam Minggu. Masih dengan tema besar pendidikan dengan subtema guru menulis. Tadinya ingin meneruskan tulisan tentang Buku 4 Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dalam rangka pengembangan profesi bagi guru pembelajar. Tapi kok malam Minggu diisi hal-hal yang “berat”. Maka, niat itu saya urungkan. Tulisan untuk membantu rekan guru memahami Buku 4 dan Buku 5 Seri PKB bagi PPGP saya lanjutkan lain waktu saja. Malam ini saya menyapa dan mencoba ngobrol dengan anak-anak melalui grup WhatsApp kami.
Percakapan saya buka dengan menyapa orang tua/wali mereka, lalu menyapa anak-anak. Ini saya lakukan karena ada beberapa orang tua yang masih menjadi anggota grup.
“Selamat bermalam Minggu, Bapak/Ibu Orang Tua/Wali.”
“Selamat berlibur, Anak-anak!”
Pada semester ini, orang tua sudah banyak yang keluar grup. Katanya biar anaknya saja yang menjadi anggota. Saya maklumi dan saya biarkan. Akan tetapi, pada semester genap nanti mereka harus bergabung menjadi anggota grup. Dengan demikian, saya terpantau. Anak-anak mereka terpantau. Kegiatan pembelajaran dan “obrolan” terpantau.
Hal ini penting agar jika terjadi sesuatu yang menimpa anak mereka, segera diketahui dan diselesaikan atau dicarikan penyelesaiannya. Selain itu, dengan “memaksa” orang tua menjadi anggota grup maka engagement antara saya dengan mereka dapat terjalin.
Pembelajaran pada masa pandemi dilaksanakan secara daring dan luring. Karena alasan sinyal dan kemampuan, pembelajaran daring menggunakan blog. Mereka memelajari dalam kelompok kecil. Jika ada yang sakit, misalnya flu atau demam, saya persilakan belajar sendiri di rumah dan membuka blog saya secara mandiri.
Foto dan deskripsi foto yang menunjukkan proses belajar saya jadikan syarat sebagai bentuk kehadiran dalam pembelajaran. Risiko memori HP menjadi penuh saya abaikan. Karena dengan cara demikian kedekatan saya dengan mereka terbangun. Kehadiran mereka di kelas saya rasakan dan sebaliknya.
Pentingnya Engagement (Keterikatan) dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Ilustrasi di atas adalah proses pembelajaran jarak jauh yang saya lakukan. Mereka belajar, saya dari kejauhan memantau. Meskipun berjauhan, saya mencoba hadir di tengah-tengah mereka. Situasi pembelajaran jarak jauh adalah situasi yang tidak mereka (bahkan kita) harapkan. Namun, karena masih dalam masa pandemi, pemerintah membatasi pertemuan tatap muka di kelas. Satu-satunya pilihan agar proses pembelajaran berlangsung adalah PJJ.
Pada suatu kesempatan, Prof. Eko Indrajit mengatakan bahwa engagement adalah nyawa dari PJJ. Engagement merupakan syarat agar pendidikan yang efektif dapat berjalan. Apakah engagement itu? Engagement adalah keterikatan secara emosional. Keterikatan penuh makna. Hubungan timbal balik secara emosional antar dua pihak yang berbeda. Pihak yang berbeda dalam hal ini adalah guru dengan murid. Pendidik dengan peserta didik. Namu demikian, ada yang mengatakan bahwa engagement itu sulit. Bagaimana terjalin keterikatan sementara pendidik dan peserta didik berjauhan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dapat diilustrasikan sebagai berikut. Pernahkan anak Anda atau anak di sekitar Anda tahan berjam-jam bermain game? Ibu-ibu rumah tangga menonton drakor atau serial film India di stasiun televisi swasta? Adakah yang menyuruh? Mengapa mereka begitu tahan? Tidak lain karena terjadi engage antara anak dengan game-nya. Muncul engage antara ibu-ibu dengan drakor atau serial film India-nya.
Kata-kata dalam permainan atau game yang dimainkan anak seperti:
“Selamat, Anda menang!”
“Mohon maaf, Anda salah.”
“Bagaimana nasib Ratu Jodha selanjutnya? Jangan lewatkan malam ini hanya di bla..bla..bla.
Kalimat-kalimat tersebut adalah kalimat yang memunculkan relasi emosional antara anak dengan game-nya, antara ibu-ibu dengan serial film pujaannya. Demikian pula dengan kita. Mengapa pendidik tidak melakukan hal yang sama? Jika dalam game atau film komunikasi terjadi satu arah maka dalam PJJ, komunikasi berlangsung dua arah. Bahkan multiarah. Antarpeserta didik, antara pendidik dan peserta didik.
Strategi Menjalin Engagement yang Efektif
Apa yang saya lakukan pada malam ini dengan menyapa orang tua dan anak-anak pada malam libur adalah usaha membangun engagement. Secara teori, yang saya lakukan adalah salah satu strategi menjalin engagement dengan mereka. Ada empat strategi yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam rangka membangun engagement antara mereka dengan peserta didiknya. Keempat strategi tersebut adalah: interaksi, umpan balik, kehadiran, dan korespondensi.
Strategi pertama adalah interaksi. Apa moda pembelajaran jarak jauh yang Anda pergunakan? Sinkronus atau asinkronus? Apa pun media yang digunakan pendidik, harus ada interaksi di dalamnya. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik, antarpeserta didik, dan antara peserta didik dengan sumber belajar (buku, blog, youtube, dan sebagainya).
Saya menggunakan aplikasi WhatsApp. Menanyakan kehadiran, menanyakan kesiapan, dan meminta mereka mengirimkan foto proses belajar adalah interaksi. Dengan begitu, mereka terlibat dalam pembelajaran. Saya sebagai pendidik terasa hadir di tengah-tengah mereka. Apalagi jika menggunakan aplikasi video conference, akan lebih mudah lagi melakukan interaksi.
Strategi kedua adalah umpan balik. Umpan balik diperlukan peserta didik dari pendidik. Juga dari sesama peserta didik. Umpan balik juga diperlukan dari sumber belajar. Kita tahu bahwa belajar adalah proses terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan belajar diharapkan terjadi perubahan kapabilitas menjadi semakin berkualitas. Oleh karena itu, umpan balik diperlukan agar peserta didik mengetahui mana yang harus diperbaiki, mana yg masih kurang. Kunci pemberian umpan baik adalah semakin cepat semakin baik. Jika terlalu lama maka akan kehilangan momen. Umpan balik menjadi basi.
Strategi ketiga adalah kehadiran. Hal ini bermakna bagaimana agar kehadiran pendidik dirasakan oleh peserta didik. Caranya bisa saja dengan tampilan video. Video call melalui WA, Zoom, dan aplikasi sinkronus lainnya. Selain itu, jika menggunakan streaming YouTube, pendidik bisa melakukan percakapan digital pada kolom chat.
Strategi keempat adalah korespondensi. Jika tidak memungkinkan secara sinkronus dan harus asinkronus, pendidik menggunakan googleclass, email, atau WhatsApp.
Salam Persahabatan
Susanto