Sekitar 10 bulan Indonesia dilanda pandemi Covid-19, menimbulkan dampak perubahan di berbagai sendi kehidupan. Di dunia pendidikan, penerapan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dan terlaksananya tatap muka langsung terbatas di beberapa daerah memunculkan inovasi model pembelajaran. Istilah daring dan luring begitu akrab di telinga. Bahkan berkembang pula istilah hybrid learning dan blended learning.
Meskipun terdapat masalah dan kendala teknis, PJJ dan tatap muka terbatas telah membuka cakrawala pemahaman bahwa peran guru dapat berkolaborasi dengan teknologi. Mampu memberikan layanan pendidikan dalam kondisi apapun. Termasuk tetap melayani digital native di tengah ancaman virus korona yang dapat mengganggu kesehatan dan merenggut keselamatan jiwa.
Masalah yang ada perlu solusi, pendampingan, dan kontrol semua pihak. Seperti apa gambaran pembelajaran di tahun 2021. Masihkah PJJ menjadi pilihan utama? Ataukah ada model pembelajaran lain yang lebih luwes memberikan layanan pembelajaran lebih baik? Fleksibilitas ditawarkan oleh Kemendikbud dan patut direnungkan lebih dalam.
Pandemi Covid-19 dan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)
Coronavirus Disease muncul pada Desember 2019 di Wuhan. Awalnya masih dianggap tidak terlalu berpengaruh pada kehidupan. Tanggal 30 Januari 2020, World Health Organization (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai Public Health Emergency of International Concern (Safrizal ZA: 2020). Penyebarannya yang masif dan tak kasat mata ke berbagai penjuru dunia, memaksa WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi.
Disingkat Covid-19, betapa virus mematikan ini mengubah tatanan kehidupan secara drastis. Sendi-sendi kehidupan dibuat jungkir balik. Untuk membendung penyebaran Covid-19, pemerintah menerapkan kebijakan menghentikan layanan umum yang ada. Bahkan beberapa daerah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kegiatan ekonomi dan lainnya yang menimbulkan kerumunan dihentikan, termasuk kegiatan pembelajaran tatap muka langsung di ruang kelas. Kebijakan yang tidak populer ini terpaksa diterapkan oleh pemerintah untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Akibatnya, kesulitan ekonomi begitu nyata, PHK dan pengangguran meningkat drastis.
Khusus kegiatan pembelajaran, dampak yang sangat dirasakan adalah penerapan BDR (Belajar dari Rumah). Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang sangat asing bagi sebagian besar guru dan siswa serentak dilakukan. Internet menjadi media yang sangat tepat dalam pembelajaran jarak jauh karena mampu menembus batas waktu dan tempat atau dapat diakses kapan saja, di mana saja, multiuser, dan memberikan kemudahan (Munir: 2009). Namun, di sisi lain, kekurangmampuan guru dan siswa memanfaatkan IT berbasis internet dan kurangnya dukungan sarana menjadi kata kunci masalah dalam PJJ.
Berdasarkan SKB 4 Menteri Tanggal 15 Juni 2020 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Corona VirusDisease2019 (Covid-19), sekolah dibolehkan menyelenggarakan pembelajaran tatap muka langsung depan kelas dengan beberapa pertimbangan dan mengikuti protokol kesehatan secara ketat. Kecepatan infeksi dan tingkat kematian yang tinggi memerlukan tata laksana pencegahan Covid-19 seperti wajib memakai masker, jaga jarak, cuci tangan pakai sabun, dan penggunaan disinfektan (Sutaryo: 2020). Protokol kesehatan yang ketat sangat memungkinkan keterlaksanaan pembelajaran tatap muka langsung sekaligus mencegah penularan Covid-19.
Pengalaman PJJ berikut permasalahannya dan kesempatan emas dapat melakukan pembelajaran tatap muka langsung terbatas, memberikan harapan penerapan model pembelajaran blended learning. Menurut Fitzpatrick, Jamey (Sheren: 2018) Blended Learning merupakan kombinasi pembelajaran berbasis online dengan pembelajaran cara tatap muka (face-to-face) di kelas (konvensional). Sistem pembelajaran kombinasi ini sangat dinamis mengikuti perkembangan yang ada.
Pembelajaran yang menerapkan tatap muka langsung atau tidak langsung akan lebih bermakna dengan blended learning. Mengapa? Sebab blended learning memungkinkan guru dan siswa aktif dalam pembelajaran didukung oleh perkembangan dan kemajuan teknologi yang ada, baik di masa kini maupun yang akan datang, baik di masa pandemi maupun keadaan normal.
Blended Learning, Keniscayaan dalam Berbagai Kondisi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) gencar mengajak guru dan siswa belajar daring. Program Pembelajaran Daring Bersama Duta Rumah Belajar, Ragam Program Tayangan Belajar dari Rumah di TVRI, dan Laman Informasi Bersama Hadapi Korona adalah program alternatif yang disajikan dengan menarik. Kesemuanya berbasis internet dengan dukungan IT yang patut dimanfaatkan secara baik dalam PJJ.
Sebagian guru bergerak cepat beradaptasi dalam kondisi new normal. Mereka aktif sebagai kreator konten di dunia digital. Kanal YouTube, Web, dan Blog banyak menampilkan hasil karya rancangan materi, media, hingga penilaian pembelajaran yang interaktif, efektif, dan efisien. Kesemua konten bisa diadopsi dan dipelajari secara otodidak dengan mudah, asal ada kemauan dari guru.
Organisasi profesi guru juga tidak tinggal diam. Saling sinergi menyelenggarakan workshop, pelatihan, hingga webinar secara simultan dan terstruktur. Membuka cakrawala pengetahuan secara luas tentang bagaimana dunia pendidikan menghadapi dan menjawab tantangan di era pandemi dan di masa depan dengan tren blended learning.
Penulis sendiri dalam PJJ sudah terbiasa memanfaatkan Google Aplikasi. Merancang materi pembelajaran yang menarik dan interaktif dengan Google Slide. Menyusun penilaian yang atraktif dengan Google Form. Melakukan komunikasi dan kegiatan pembelajaran di kelas maya Google Classroom. Fungsi Classroom sama dengan Ruang Kelas, cuma beda bentuk. Asalkan guru mampu menguasai fitur yang ada, PJJ akan mampu terselenggara secara kolaboratif dengan siswa, tersaji dengan menarik, efektif, dan efisien.
Penerapan PJJ banyak memberikan wawasan di bidang pembelajaran. Platform dan aplikasi di bidang pendidikan begitu canggih menjembatani kebutuhan pembelajaran yang dapat dijalankan di banyak perangkat digital. Bahkan di Google Market, guru dapat memanfaatkan papan digital. Pembelajaran juga mampu dihadirkan dengan interaktif lewat rancangan Power Point Interaktif. Melalui optimasi fitur custom animation dan trigger, akan dihasilkan materi pembelajaran secara runtut mulai dari tujuan pembelajaran, kuis, hingga tahapan penilaian secara interaktif. Bahkan guru dapat menyelipkan selingan sebagai materi tambahan untuk mendukung program “Pendidikan Karakter” dan lainnya.
Pengalaman dan hasil rancangan materi PJJ, penulis terapkan lewat model pembelajaran blended learning. Siswa diajak mengeksplorasi Rumah Belajar, memanfaatkan fitur virtual Google Aplikasi, berselancar di kanal YouTube untuk mendalami materi pembelajaran di Buku Siswa sebagai pedoman materi pembelajaran. Dalam proses mengamati dan menanya, Power Point Interaktif sangat membantu siswa dan guru melakukan kolaborasi pembelajaran dengan suasana menarik.
Hasil dari merancang Power Point Interaktif dapat dibuat video dengan berbagai aplikasi rancang video. Salah satu contoh dengan aplikasi ScreenCast-O-Matic. Hasil produk kombinasi ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran blended learning. Dapat diterapkan secara tatap muka langsung di kelas, maupun digunakan dalam PJJ. Tentu hasilnya sangat berbeda jika dibandingkan pembelajaran tanpa memanfaatkan IT.
Kelas tatap muka langsung, diberi porsi lebih untuk siswa berdiskusi dan mempresentasikan pengalaman dan hasil pembelajaran yang didapat baik melalui lingkungan maupun pemanfaatan kecanggihan teknologi. Selanjutnya kelas maya (Google Classroom) dapat dimanfaatkan guru untuk memberikan penilaian dan mengolah hasil penilaian secara otomatis tanpa harus mengoreksi satu-persatu soal dan jawaban siswa. Jelas, kecanggihan teknologi sangat membantu tugas guru dalam proses pembelajaran. Kecanggihan teknologi memberi pengalaman pembelajaran nirkertas dan cloud computing yang sewaktu-waktu dapat dibutuhkan oleh guru dan pihak yang berkepentingan.
Solusi Mengatasi Masalah dalam PJJ dan Tatap Muka Terbatas di Tahun 2021
PJJ dimungkinkan tetap dilakukan di Tahun 2021, jika orang tua siswa menghendaki dan tidak mengijinkan anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas. Orang tua dan anak mempunyai “hak penuh” mengijinkan tatap muka langsung atau tidak mengijinkan demi keutamaan “Menjaga Kesehatan dan Keselamatan” di tengah pandemi. Begitupun jika suatu daerah kembali ke “Zona Merah”, jelas hanya PJJ pilihan yang memungkinkan. Ingat, dalam PJJ bisa dilakukan lewat daring ataupun luring.
Blended learning, tren pembelajaran di masa depan. Menuntut kemampuan guru sebagai digital immigrants melayani digital natives. Guru sebagai kreator konten, selangkah lebih maju melayani pembelajaran baik tatap muka langsung depan kelas maupun lewat kelas maya.
Namun, masih ditemukan beberapa masalah dan kendala teknis berkaitan dengan PJJ dan tatap muka terbatas yang nantinya diprediksi terjadi tren penerapan model pembelajaran blended learning. Masalah ini bersumber pada 3 aspek yaitu guru, siswa, dan sekolah yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Aspek Guru, meliputi kekurangmampuan guru menguasai IT, perangkat keras yang kurang memadai, dan keterbatasan akses internet. Solusinya, Kemendikbud melalui Program Rumah Belajar membuka akses secara luas teknik dan tutorial menyusun dan merancang pembelajaran interaktif memanfaatkan teknologi. Harapannya, guru tinggal mengunduh dan mempelajari baik secara otodidak maupun kolaboratif lewat organisasi profesi dan jejaring lainnya.
Keterbatasan sarana berkaitan dengan gawai yang dimiliki guru sudah jauh tertinggal teknologinya. Baik hardware dan software, kurang mendukung perkembangan pesat platform berbasis Google Market, Microsoft Office365, dan lainnya.
Solusi bisa dilakukan secara mandiri oleh guru untuk mengganti hardware dan software yang dimiliki, tentu dengan cost yang tidak murah. Sedangkan Kemendikbud, bisa memberikan bantuan laptop dan proyektor yang lebih mumpuni kepada sekolah lewat program “Digitalisasi Sekolah” yang dicanangkan Kemendikbud. Harapannya, bantuan ini dapat segera diwujudkan secara merata dan didukung teknologi terkini untuk dapat dimanfaatkan guru dan siswa baik dalam PJJ maupun tatap muka terbatas.
Aspek Siswa, meliputi kemampuan daya beli pulsa dan keterbatasan teknologi gawai yang dimiliki. Bantuan pulsa dari pemerintah pusat seharusnya diberikan yang unlimited, baik untuk guru dan siswa. Memungkinkan guru dan siswa untuk dapat lebih mengeksplor dan ikut menjadi kreator konten dalam berbagai platform seperti YouTube dan lainnya, tanpa harus khawatir kehabisan jatah pulsa. Bagi siswa yang belum memilki dan atau masih menggunakan gawai jadul, Kemendikbud dapat memberikan bantuan gawai secara tepat sasaran.
Aspek Sekolah, Masih banyak sekolah yang belum lengkap dalam menunjang sarana teknologi pembelajaran. Padahal, PJJ dan tatap muka terbatas dengan tren blended learning ke depan mempersyaratkan dukungan teknologi informasi yang dinamis untuk mendukung pembelajaran yang lebih bermakna.
Program “Digitalisasi Sekolah” dari Kemendikbud adalah “Harapan Besar”. Namun tetap perlu dikawal, jangan sampai bantuan laptop dan proyektor yang diberikan nantinya, kurang mampu mendukung teknologi yang dibutuhkan. Di sinilah peran serta organisasi profesi guru dan pihak terkait lainnya untuk saling kontrol. Hardware dan software yang mumpuni dalam program “Digitalisasi Sekolah” jelas sangat diharapkan. Sehingga guru dan siswa mampu memanfaatkan teknologi pendidikan yang begitu pesat perkembangannya. Semoga.
Penulis:
ARIF ROHMAN SALEH, S. Pd
Guru SMPN 1 Wonomerto-Kabupaten Probolinggo-Jawa Timur
WA. 0888 0330 5027
Catatan : Artikel ini juga diikutkan Lomba Artikel PGRI Tahun 2020
Referensi:
Dwi Oktarina, Sheren dkk. 2018. Model Blended Learning Berbasis Moodle. Halaman Moeka Publishing : Bogor.
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Alfabeta: Bandung.
Safrizal ZA. dkk. 2020. Pedoman Umum Menghadapi Covid-19 Bagi Pemerintah Daerah: Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis, dan Manajemen. Kementerian Dalam Negeri : Jakarta.
Sutaryo. dkk. 2020. Buku Praktis Penyakit Corona Virus 19 (Covid 19). Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.