Hari Asyura Hari Raya Bagi Anak Yatim
Oleh: Slamet Widodo*)
Kebiasaan masyarakat kita di sepanjang bulan Ramadhan, mereka berlomba-lomba melakukan ibadah dan amal saleh. Baik ibadah wajib maupun sunah. Mereka pun berlomba-lomba menginfakkan sebagian harta benda yang dimiliki. Mulai memberi takjil, sedekah kepada fakir miskin, yatim-piatu dan lain-lain.
Hal itu disebabkan karena tergiur dengan pahala berlipat ganda yang dijanjikan Allah Swt. Namun sayangnya, kebiasaan baik itu terhenti setelah Ramadan berlalu. Semua akan kembali kepada kebiasaan aslinya.
Sebenarnya, selain Ramadhan, juga ada bulan-bulan yang istimewa di sisi Allah. Yakni bulan Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rabiul Awal. Keempatnya termasuk bulan yang sangat mulia dan istimewa. Pada bulan-bulan tersebut perbuatan baik juga dilipatgandakan. Begitu pun perbuatan dosa. Hal itu sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir.
“Allah SWT mengkhususkan empat bulan haram dari 12 bulan yang ada, bahkan menjadikannya mulia dan istimewa, juga melipatgandakan perbuatan dosa di samping melipatgandakan perbuatan baik.”
Muharram terdapat satu hari yang sangat istimewa. Tepatnya pada tanggal 10. Hari itu Disebut juga dengan hari As-Syura. Karena itu, orang Jawa biasa menyebut bulan Muharram dengan sebutan bulan Suro.
Sebagaimana saya ulas di artikel sebelumnya. Pada tanggal 10 Muharram terdapat peristiwa-peristiwa besar yang dialami oleh para Nabi. Ada pula yang menyebut bahwa, hari As-Syura sebagai hari kemenangan.
Selain itu, pendapat lain mengatakan, hari As-Syura disebut juga sebagai hari raya bagi anak yatim atau Idul Yatama. Ungkapan itu sebenarnya merupakan kegembiraan bagi anak-anak yatim. Sebab, pada hari itu, banyak orang yang memberikan santunan serta kasih sayang kepada mereka.
Tanggal 10 Muharram dijadikan sebagai Idul Yatama bukan tanpa dasar. Sebab, pada bulan tersebut dianjurkan untuk menyantuni anak-anak yatim.
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. sangat menyayangi anak-anak yatim. Namun, beliau lebih menyayangi lagi pada hari Asyura.
Pada hari tersebut, beliau bersedekah dan menjamu kepada anak-anak yatim dan keluarganya. Kemudian dalam kitab Tanbihul Ghafilin bi-Ahaditsi Sayyidil Anbiyaa-i wal Mursalin disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura (tanggal 10 Muharram), niscaya Allah akan memberikan seribu pahala malaikat dan pahala 10.000 pahala syuhada’. Dan barang siapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, niscaya Allah mengangkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya”.
KH. Sholeh Darat menyebutkan dalam kitab Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalah tentang kemuliaan bulan Muharram.
“Bahwa awal Muharram itu adalah tahun barunya seluruh umat Islam. Adapun tanggal 10 Muharram adalah ‘Hari Raya’ yang digunakan untuk bergembira dengan shadaqah. Hari raya ini adalah untuk mensyukuri nikmat Allah, bukan hari raya dengan salat. Tetap hari raya dengan pakaian rapi dan memberikan makanan kepada para fakir.”
Abah Makshum, pembina jamaah istigasah “Asmaul Haq” pernah berpesan kepada santrinya. “Pada hari As-Syura, habiskanlah hartamu di jalan Allah Swt.” Hal itu mengisyaratkan bahwa, pada hari As-Syura, beliau sangat menganjurkan para santri beliau agar bersedekah dan menyantuni anak-anak yatim dan fakir miskin.
Simorejo, 25 Agustus 2020
*) Guru MTsN 3 Bojonegoro