Kemandirian di Bidang TIK
Malam ini saya belum bisa tidur. Makalah yang diminta oleh panitia pelatihan untuk pelatih pemantapan nilai-nilai kebangsaan Lemhannas RI belum juga saya buat. Sementara nyamuk nyamuk nakal terus saja menggoda. Darah saya diambilnya diam-diam. Saya tak bertanggung jawab bila nyamuk itu nanti beranak. Sebab bukan darah daging saya. Walaupun darah saya sudah dihisapnya ketika saya lelah dan lengah.
Saya diingatkan oleh Mas Tukul Arwana untuk kembali ke laptop. Saya baca kembali judul tulisan yang dibuat. Judulnya kemandirian bangsa Indonesia di bidang Tik dalam menyatukan NKRI. Sebuah judul yang akan saya jadikan bahan untuk membahas pentingnya kemandirian bangsa di bidang TIK.
Sampai situ saya buntu. Pikiran tak menentu. Sulit untuk mengembangkan ide tulisan. Tak mampu lagi untuk menulis. Mata sudah tinggal 5 watt. Sementara makalah sudah harus dikirimkan esok pagi pukul 07.30 wib. Saya dipaksa berpacu dengan waktu.
Entahlah malam ini tiba-tiba saja saya lumpuh menulis. Puluhan pesan di wa sudah saya baca. Juga lembar ajakan penulisan esai, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok peserta pelatihan untuk pelatih sudah dilahap habis. Tapi saya tak juga mampu menulis.
Kemandirian adalah topik yang saya dapat dari panitia. Sebuah kata yang sering kita dengar. Saya coba cari tahu di google.com. Wah sudah banyak yang menuliskannya. Namun menulis kemandirian di bidang TIK masih sedikit yang menuliskannya.
Mungkin karena banyak orang belum tahu apa itu TIK. Sebuah mata pelajaran yang dihapuskan dalam kurikulum 2013 dan diganti Prakarya. Komunitas guru TIK terus berjuangan mengembalikannya. Ada yang pro dan ada yang kontra. Kami tetap berjalan saja. Tugas kami hanya menyampaikan pentingnya TIK untuk kemandirian bangsa.
Teknologi Informasi dan Komunikasi menjadi sesuatu yang penting dalam kemandirian bangsa. Jujur saja, bangsa Indonesia belum mandiri di bidang TIK. Kita masih terganting dengan negara lain. Sebab generasi emas kita tak diajarkan TIK. Boro-boro menyiapkan generasi emas, kita hanya melahirkan generasi cemas dan lemas.
Contohnya aplikasi WA yg kita pakai sehari sehari. Bukan orang Indonesia yang menemukannya. Juga aplikasi zoom yang kita gunakan dalam pelatihan virtual juga bukan buatan Indonesia. Masih sangat sedikit aplikasi buatan Indonesia yang digunkan sehari-hari. Hal ini dikarenakan kita belum serius untuk belajar TIK.
Kita sebagai bangsa belum mandiri di bidang TIK. Oleh karena itulah kami berjuang mengembalikannya ke dalam kurikulum dengan nama informatika. Alhamdulillah sudah keluar permendikbudnya nomor 35 dan 37 tahun 2018. Namun demikian, belum semua sekolah memberlakukannya karena minimnya sosialisasi dan kurangnya kesadaran kita untuk mandiri di bidang TIK.
Luasnya wilayah indonesia seharusnya dapat dengan mudah dikelola dengan adanya TIK. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan akan dengan mudah terkoneksi bila kita belajar TIK. Bukan hanya sebagai pengguna produk TIK saja, tapi juga menjadi produsen di bidang TIK. Untuk beralih menjadi produsen TIK, tentu saja ilmunya wajib kita pelajari, dari pendidikan anak usia dini hinggiperguruan tinggi.
Kemandirian di bidang sandang, pangan, dan papan memang penting. Namun kemandirian bangsa Indonesia di bidang TIK juga tidak kalah penting. Internet adalah bagian dari TIK yang harus dimanfaatkan untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi. Sama halnya dengan kemandirian di bidang kesehatan. Ini menjadi penting supaya kita tak tergantung dari produk-produk luar negeri. Seperti baju yang dipakai dokter di saat menangani pasien, dan obat-obatannya.
Pelatihan pemantapan nilai-nilai kebangsaan lembaga pertahanan nasional republik indonesia yang dilakukan secara virtual memberi sinyal akan pentingnya kemandirian di bidang TIK. Peserta dari seluruh Indonesia bergabung dalam kegiatan ini. Jarak yang jauh menjadi terasa dekat.
Perkembangan TIK yang pesat menyatukan NKRI menjadi harga mati. Tak boleh lagi ada daerah yang memerdekan diri seperti Timor-Timor. Tak ada lagi pulau-pulau di wilayah Indonesia yang diakui oleh negara lainnya. TIK dengan kecanggihannya dapat membuat kita bangga melindungi wilayah Indonesia.
Penguasaan TIK dapat meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal itu sudah pasti dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Oleh karena itu kemandirian kita di bidang TIK harus terus ditingkatkan sebagai bangsa. Caranya ajarkan generasi emas Indonesia dengan belajar informatika. Mereka sudah harus berpikir bagaimana sebuah algoritma bekerja.
Ayo belajar informatika menjadi salah satu cara kita untuk mandiri di bidang TIK. Revolusi industri 4.0 telah berdampak kepada cara kita berinteraksi antar manusia. Coding menjadi penting. Literasi digital harus diperkenalkan. Media sosial harus dimanfaatkan untuk memperkuat NKRI, dan bukan untuk memecah belah persatuan bangsa. Berita hoax harus ditanggkal dengan berita baik dan benar.
Kemandirian bangsa Indonesia di bidang TIK dalam menyatukan NKRI adalah sebuah keniscayaan. Adanya wabah covid-19 membuat kita dipaksa untuk memacu dan memicu ketertinggalan kita di bidang TIK. Banyak orang dipaksa untuk menguasai aplikasi baru. Kelas nyata berubah menjadi kelas maya dalam sebuah kelas online yang tetap mempertahankan karakter bangsa.
Sekolah dan kampus ditutup dalam waktu yang cukup lama. Guru dan siswa belajar dari rumah. Begitu juga dosen dan mahasiswa. Pemanfaatan TIK sangat terasa dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ). Guru diminta untuk membuat pola pembelajaran yang efektif dari rumah. PJJ yang efektif dan menyenangkan mulai banyak dibuat para akademisi dalam kegiatan webinar yang sellau bersinar.
Kelas maya dibuka secara virtual dengan berbagai macam aplikasi. Namun tak ada satupun buatan Indonesia. Kita baru sebatas mampu menggunakannya. Kita belum bisa beralih ke bangsa pencipta, bila kita tidak mandiri di bidang TIK. Itulah kenytaan pahit yang harus kita telan saat ini. Semoga dapat menjadi obat agar kita mandiri di bidang TIK.
Akhirnya saya harus menutup tulisan saya ini dengan sebuah ajakan agar kita mulai belajar dan menguasai TIK. Kemandirian bangsa di bidang TIK harus digunakan untuk menyatukan NKRI harga mati. Bukan hanya sekedar slogan atau jargon tapi juga dalam tindakan nyata membangun infrastruktur akses internet cepat. Orang Indonesia akan lebih banyak tinggal dan kembali ke desa. Mereka menikmati fasilitas TIK yang canggih karena kita telah mandiri di bidang TIK.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog http://wijayalabs.com
S 7 Om Jay. Beri Kailnya utkndapat ikannnya. Bukan diberi ikannya. Lanjut Om Jay siap
Semangat terus untuk kemajuan bangsa dibidang TIK, dunia digital bangsanya memerlukan TIK
Mantap omjay. Pejuang TIK
Mantap Om Jay, ana sangat setuju dan termotivasi dengan kata ” agar kita menguasai TIk”. Dan Kemandirian bangsa dibidang TIK harus digunakan untuk menyatukan NKRI harga mati
Iya omjay, setuju kemandirian bidang IT itu pentiing dengan adanya corona kita dipaksa untuk melek IT, mau tidak mau, suka tidak suka harus bisa IT,saking semangatnya jadwal ful…. klenger sendiri, mata ga kuat melototin laptop berjam-jam. Disetiap musibah ada hikmah yang allah sediakan untuk kita,karean corona saya bisa ketemu omjay di dunia maya, banyak belajar IT.lebih dekat dengan anak2. Alhamdulillah terimakasih omjay udah jadi motivator bagi guru Indonesia. Guru Bloger yes
Mantul omjay.. Semoga TIK bersemi dahulu.. PJJ ini seakan membuka dunia, bahwa peran guru dan mapel TIK sangat dibutuhkan.. HIdup TIK
Setuju dengan kembalinya TIK dalam kurikulum, walau kami bukanlah salah satu org yg diuntungkan, tp kami adalah penerima manfaat dimana siswa tdk perlu lagi diajari untuk hanya sekedar membuat e-mail. Bgtu terasa ketika TIK tdk lagi menjadi slh satu mapel yg diajarkan disekolah walaupun tdk bs kita pungkiri bahwa tanpa adanya mapel TIK, tidak sedikit anak2 yg piawai dlm menguasai teknologi,tp aku merasakan seperti tak gurih, sy merasakan sesuatu yg tidak terarah, sy merasa ada yg tak lengkap, sll saja sy merasa ada yg kurang. Itulah bimbingan dan arahan guru dalam diri siswa ketika mereka terampil didunia digital mereka tdk dibekali dgn tata krama, sopan santun, serta aturan cyber yg harus dipatuhi. Mereka belajar Mandiri, alhasil tdk sedikit konten yg tdk pantas hadir, terjadi koment yg sifatnya bulying pada sesama teman2 nyaman, bahkan sampai guru atau dosen saat vidio streaming pembelajaran, dan masih banyak lagi
kejahatan dan hal2 yg tdk wajar kita saksikan skrg ini didunia digital. Olehnya, TIK harus dimasukan dlm kurikulum mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai tkt pendidikan atas.
Teruslah mensosialisasikan permendikbud yg dimaksud, kami akan selalu membantu terlaksananya sampai ditingkat sekolah.
Salam Informatika
Salam digital