Guru adalah agen yang secara holistik dan proaktif membawa peradaban ilmu untuk menjunjung tinggi nilai budaya, nilai etika, dan nilai adaptor yang bisa mengubah pola pemikiran manusia agar lebih manusiawi. Untuk itu, seorang guru sejatinya agen penggerak sebagai motorik dalam pembangunan karakter generasi penggagas bumi pertiwi.
Suatu ilmu dapat ditansformasikan dengan baik, apabila seorang guru memahami literasi sebagai dasar membangun komunikasi yang adaptif. Menurut KBBI, literasi adalah kemampuan dan keterampilan individu dalam berbahasa yang meliputi membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut link yang terkait dengan pengertian literasi https://lektur.id/arti-literasi/
Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, mencakup kemampuan yang lebih dari sekedar mampu mengeja kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan menulis, perlu dikembangkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna terkait berbagai cakupan dan konteks kehidupan. Di dalam lingkungan satuan pendidikan, kompetensi literasi yang terus berkembang memungkinkan siswa untuk dapat menggunakannya dalam berbagai mata pelajaran.
Sebagaimana dalam bunyi Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 ”Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” cakupan makna pada bunyi ke-3, adalah menjungjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia, adalah menggerakan bahasa Nasional sebagai bahasa kesatuan. Hal ini perlu dipertegas dengan penguatan literasi. Sebagaimana literasi begitu penting sesuai amanat Mendikbud Nadiem Makarim dapat dilihat dalam video berikut ini.
Literasi di Tanah Ambu (SMPN 1 Lebakgedong)
Sebagai seorang guru SMP di daerah pasca bencana, keterbatasan alat baca membuat kami terhambat menggerakan alutsista literasi. Perustakaan yang ditelan longsoran tanah, membuat kumpulan buku terkubur di dalamnya. Di bawah ini adalah gambar perpustakaan ketika bencana.
Itu adalah gambar yang memetik rasa putus asa yang begitu mendalam. Kehilangan ratusan buku mengendapkan proses literasi menjadi carut marut. Pun, pembelajaran terbatas menjadi mimik yang tak elok bagi sekolah kami. Namun sebagaimana guru adalah stakeholder paling fundmental, bergerak untuk bangkit, berdiri untuk maju adalah tujuan utama pendidikan di mata saya.
Setahun pasca bencana, disusul dengan pandemi yang mengharuskan sekolah belajar dalam moda daring, penerapan literasi pun beralih pada literasi digital.
Literasi digital bisa dilakukan sebelum virtual leraning dimulai dengan tahapan sebagai berikut:
- Guru meminta siswa agar menyiapkan smart phonenya untuk mencari teks bahan literasi, lewat pencarian di google chrome.
- Siswa diberikan kebebasan untuk memilih jenis bacaan yang ingin mereka baca.
- Kegiatan GLD bisa berlangsung 15 menit sebelum Virtual learning dimulai
- Setelah GLD selesai dilakukan, guru bisa meminta siswa menarik kesimpulan dari bahan bacaan yang mereka baca.
Pada awal September Bumi Ambu (Kabupaten Lebak) mengizinkan sekolah untuk memulai belajar dalam moda Luring, dengan aturan prokes yang ketat. Angin segar ini kami sambut dengan sorak gembira. Dan di awal September pembenahan perpustakaan mulai kami lakukan. Di bawah ini adalah gambar perpustakaan sekolah sebelum dan sesudah pembenahan.
Proses pembenahan Perpustakaan
Perpustakaan siap pakai
Sebagai Pembina Osis yang merangkap dengan Pustakawan, saya memiliki peran penting sebagai penggerak alutsista kemajuan sekolah. Seperti halnya guru penggerak adalah guru yang mampu menggerakan hati orang lain untuk bertindak pada perubahan positif, maka beberapa hal saya kembangkan untuk menyambut datangnya hari sumpah pemuda yaitu dengan melejitkan literasi di Tanah Ambu (SMPN 1 Lebakgedong) di antaranya: Mengadakan pemilihan Duta Literasi, Duta Pelajar Profil Pancasila, Duta Menulis, dan Duta Budaya. Sebagaimana pendidikan berkonsep pada gerakan merdeka belajar, hal ini tentu menggiring para siswa untuk aktif berkarya dengan segala kebebasannya. Salam Literasi!
Lebak, 30 September 2021
Maesaroh M.Pd
Profil Penulis
Maesaroh, M.Pd Lahir di Lebak pada tanggal 26 November 1989. Menempuh masa Pendidikan Dasar di MI Al-Hidayah Cinyiru pada tahun 1996, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Cipanas. Pendidkan SMA ia tempuh di SMA Negeri 1 Cipanas, dan lulus pada tahun 2008. Setelah itu, ia melanjutkan Pendidikn S-1 di STKIP Setiabudhi Rangkasbitung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, lulus dengan memperoleh gelar sarjana pada tahun 2013.
Kemudian kembali melanjutkan Pendidiikan Magister di Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Study Pendidikan Bahasa Inggris pada tahun 2018, dan selesai menempuh gelar Magister Pendidikan Bahasa Inggris pada tahun 2020.
Motto dalam hidupnya : Menulislah untuk hidup seribu tahun.
Alamat Blog : http://maydearly.blogspot.com
Email : maydearly@gmail.com
IG : Mayderly89
terima kasih sudah ikutan lomba blog