https://susantogombong.blogspot.com/2020/09/pelihara-konsistensi-menulis.html
Resume Ke-20
Pelihara Konsistensi Menulis
Keberhasilan menulis buku, selain tersalurkannya ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki ke dalam sebuah tulisan secara formal, dapat menumbuhkan kebiasaan baru yakni selalu mencoba menuliskan apa saja yang terlintas dalam benak kita, demikian tutur Yulius Roma Patandean, seorang guru yang berhasil menulis Bersama Prof. Richardus Eko Indrajit. Tulisan yang terlintas dalam pikirannya, tidak hanya dituliskan dalam bentuk prosa, sekarang ia tuangkan dalam larik-larik puisi.
“Sambil mengajar siswa saya menulis puisi, saya juga mengasah kemampuan saya untuk menulis puisi,” demikian penuturannya.
Yulius Roma Patandean adalah guru mata pelajaran bahasa Ingris. Materi ajar bahasa dan sastra di kelas XI di antaranya adalah puisi (poetry/poem). Seperti yang dituturkannya pada pertemuan sebelumnya dengan para peserta Gelombag 15 Grup Belajar Menulis melalui WA bersama Om Jay tentang menulis yaitu CLBK (Coba, Lakukan, Budayakan, dan Konsisten), ia mengajak koleganya sesama buru bahasa untuk mencoba menulis puisi. Puisi mereka bertema PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Kegiatan itu mereka lakukan dengan target 40 buah puisi selama satu bulan. Mampukah mereka mewujudkannya? Kita menunggu hasil mereka dipubliksikan.
Membudayakan menulis kata penulis buku Digital Transformation, Genarasi Muda Indonesia menghadapi Transformasi Dunia hasil kolaborasi dengan Prof. Eko Indrajit ini berarti menulis apa saja, kapan saja, dan di mana saja. Misal, ketika pelaksanaan penilaian semester ia melihat banyaknya soal pilihan ganda dan juga soal uraian (essay) terbersit dalam pikirannya untuk menguraikan menjadi kajian tentang nilai-nilai kehidupan. Apalagi di musim pandemi sekarang ini, pembelajaran mupun penilaian dilakukan jarak jauh.
Kapan dan di mana Roma Patandean menulis? Yulius Roma Patandean selain sebagai pendidik, ia juga seorang suami. Sebagai seorang suami tidak jarang mengantar sang belahan jiwa ke mana-mana. Belanja atau sekedar jalan-jalan dengan buah hati mereka. Acapkali, ketika ia mengantar orang-orang yang dicintainya itu, ia memilih menunggu di parkiran kendaraan. Pada saat itu ia manfaatkan waktu dengan menulis. Toh sekarang menulis tidak memerlukan alat tulis dan kertas sebagai medianya. Aplikasi blog di telepon genggamnya menjadi media untuk mengembangkan ide-ide dalam benaknya. Budayakan menulis sebagaimana ia ceritakan kepada kami, para peserta Gelombang 15, telah ia lakukan.
Bagaimana jika ”mentok” ketika menjabarkan ide pokok tulisan? Guru yang juga Wakil Sekretaris PGRI Kabupaten Tana Toraja ini memberikan tipsnya. Mulailah menulis ide dengan maksimal enam kata dalam satu kalimat. Kalimat berikutnya adalah kalimat yang terkait dengan kalimat sebelumnya. Usahakan kalimat tidak terlalu panjang.
Tidak ada alasan berarti untuk tidak menulis, apalagi bagi seorang guru yang sudah berhasil menerbitkan bukunya di penerbit mayor. Diasumsikan motivasi menulis dalam dada relatif tinggi dibandingkan yang belum pernah menerbitkan buku seperti saya (Anda juga?). Yang paling berat adalah menjaga konsistensi dalam menulis. Pembagian waktu untuk menulis perlu dilakukan. Hari-hari lain di tengah kesibukan mengajar ia gunakan untuk menulis apa saja yang ada dalam pikiran, sementara pada akhir pekan memfokuskan menulis buku yang sedang ia selesaiakan: Flipped Classroom, sebuah buku Grammar, dan buku kumpulan puisi. Untuk itu perlu menetapkan visi menulis yaitu tulisan harus selesai dalam waktu yang ditentukan.
Malam yang dingin di Tugumulyo, Musi Rawas.
Susanto
https://susantogombong.blogspot.com/2020/09/pelihara-konsistensi-menulis.html
Terima kasih.