Menjadi Guru Pendekar Blended dan Hybrid Learning, Kursus Kipinology Hari Pertama
Guru itu insan pembelajar. Ia tidak boleh berhenti belajar. Guru dituntut senantiasa berinovasi. Ia tidak boleh kalah dengan tagline salah satu ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) kendaraan bermotor yakni inovasi tiada henti. Mengapa guru harus senantiasa berinovasi?
Sebagaimana kita maklum, satu tahun terakhir ini, Indonesia dan dunia dilanda pandemi. Hal itu berdampak luar biasa terhadap dunia pendidikan. Hal-hal yang sebelumnya menjadi perbincangan seperti pembelajaran jarak jauh, LMS (Learning management System), e-modul, e-learning, dan sebagainya harus diterapkan secara hampir berbarengan di seluruh wilayah Indonesia.
Tak ayal hal tersebut membuat sebagian besar guru “pontang-panting” belajar teknologi. Berbagai pelatihan “berbayar mahal” tiba-tiba menjamur menjadi pelatihan dengan low contribution bahkan free yang diselenggarakan berbagai elemen masyarakat.
Kemdikbud, PGRI, IGI, Lembaga Pemerhati Pendidikan, dan elemen lainnya rajin “melatih” para guru agar lebih siap menghadapi perubahan pola pembelajaran. Di sisi lain, para guru kreatif berkolaborasi membentuk komunitas saling berbagi “kepandaian”. Sebut saja: Guru Youtuber, Komunitas Sejuta Guru Ngeblog, Pelatihan Menulis melalui WA, dan sebagainya.
Membuka lembaran hari di bulan Maret 2021, saya pun mengikuti kursus daring melalui channel Youtube Prof. Eko Indrajit, Prof EKOJI Channel, belajar blended dan hybrid learning. Hal yang menarik pada kursus kali ini adalah saya belajar kipinology. Menurut penuturan Prof. Eko Indrajit pada kursus hari pertama itu, kipinology adalah “ilmu baru” yang ia buat.
Apa Itu Kipinology?
Sambil berkelakar, Prof. Eko Indrajit mengatakan, “apa itu kipinology?” Kipin adalah kipin, logos artinya ilmu. Kipinology artinya ilmu mempelajari Kipin untuk meningkatkan proses pembelajaran.
Kipin adalah sebuah acces point yang menyediakan materi pembelajaran lengkap dan sistem asesmen secara offline. Kursus bertajuk Kipinology dilaksanakan dengan mengikuti video streaming melalui aplikasi YouTube pada saluran Prof EKOJI Channel selama enam hari berturut-turut. Setelah pertemuan berdurasi satu jam itu peserta melanjutkan mengerjakan kuis dengan ketuntasan minimal sebesar 75.
Agar memiliki akses mengerjakam kuis dan memperoleh sertifikat pelatihan dari Ekoji dan PGRI yang bernilai 36 jam pelajaran, saya harus mendaftar pada http://ekoji.net/daftarkipinology.
Dengan mendaftar pada alamat tersebut di atas, saya sebagai peserta diberi username dan password melalui email untuk masuk ke https://kipin.gurudaringmilenial.id/. Setelah peserta memiliki akses mengikuti kursus, ia akan disuguhi sajian materi kursus hari demi hari dan capaian nilai kuis. Pada akhir kursus, peserta dapat mendownload e-sertifikat.
Blended dan Hybrid Learning
Sesungguhnya, blended learning berbeda dengan hybrid learning. namun dalam percakapan sehari-hari kedua strategi pembelajaran tersebut sering disamakan bahwa blended learning sama saja dengan hybrid learning. Sebagai praktisi, guru sebenanrnya tidak perlu terlalu membedakan. Namun agar mendapat gambaran tentang perbedaan keduanya, secara sederhana blended merupakan campuran dan hybrid merupakan kombinasi. Dikatakan campuran karena sesuatu itu sudah menyatu sedangkan kombinasi bagian-bagiannya masih bisa dipisahkan satu sama lain.
Oleh karena itu, Prof. Eko memberikan gambaran perbedaan keduanya sebagai berikut.
Blended learning konsep awalnya ada di dalam kelas tetapi diperkaya dengan teknologi. Dalam mencapai tujuan proses pembelajaran diperkaya dengan distance education. Artinya, proses pembelajaran tatap muka diperkaya dengan teknologi.
Siswa belajar di kelas, namun dalam pencapaian tujuannya mereka dapat browsing internet, mengerjakan tugas dengan bantuan dunia siber, atau tambahan pembelajaran melalui teleconference. Jadi model tambahan dicampur dengan model konvensional.
Sementara itu, pembelajaran hybrid merupakan kombinasi dari berbagai metode belajar. Dalam suatu strategi pembelajaran, guru merencanakan berbagai sesi. Pada setiap sesi guru merencanakan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik materi maupun karakteristik peserta didik. Jadi, bisa saja sesi A guru menggunakan tatap muka di kelas, sesi B guru mengajak siswa keluar kelas mengamati benda secara langsung, sesi C dilakukan dengan pertemuan zoom, sesi D dengan software penilaian, dan sesi E siswa diminta belajar melalui youtube.
Pembelajaran Pasca Vaksinasi
Juru bicara vaksin Covid-19, Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi, sebagaimana dilansir kesehatan.kontan.co.id (3/1/2021), mengungkapkan bahwa Indonesia menyelesaikan vaksinasi corona dalam kurun 15 bulan. Mulai Januari 2021-Maret 2022. Pada kurun waktu tersebut, vaksinasi terbagi dalam dua periode. Periode pertama akan berlangsung Januari hingga April 2021. Pada periode ini prioritas penerima vaksin corona adalah 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas publik yang ada di 34 provinsi. Adapun periode kedua berlangsung selama 11 bulan yaitu April 2021 hingga Maret 2022. Penerima vaksin adalah sisa masyarakat yang belum divaksin pada periode pertama.
Dari data tersebut para pendidik termasuk orang tua masih sangat yakin meskipun pembelajaran sudah berlangsung tatap muka tidak akan berlangsung seperti sebelumnya. Apa yang diuraikan di atas akan menjawab tentang bagaimana guru melaksanakan pembelajaran dengan model blended maupun hybrid learning.
Agar memiliki pengetahuan tentang cara merencanakan, menyiapkan strategi dan bahan pembelajaran, serta melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasinya, saya perlu belajar. Terobosan anak bangsa yang menciptakan alat sebagai access point sumber belajar tanpa jaringan internet semacam Kipin ini perlu diapresiasi untuk menjawab beberapa keluhan selama ini: tidak ada jaringan, jaringan yang lambat, paket data yang mahal, serta infrastruktur lainnya.
Salam blogger sehat
PakDSus
Blogger guru Musi Rawas
https://blogsusanto.com/
jangan lupa tetapkan gambar suapay bisa terlihat gambar unggulannya