Sore hari pukul 15.20 WIB kedatangan tamu, seorang guru yang ditempatkan di daerah dataran tinggi. Beliau mengajak diskusi tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) satu lembar miliknya yang sudah tersusun rapi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat hanya 3 komponen berupa tujuan, kegiatan pembelajaran dan penilaian. Sepintas sangat sederhana namun runtut dan aplikatif. Bila guru berhalangan/tidak bisa daring pembelajaran, guru lain bisa dengan mudah menggantikan. Karena Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sederhana namun mudah dimengerti dalam waktu singkat.
Dalam perbincangan selanjutnya ia mengeluhkan kondisi ekonomi wali murid di kelas yang diampunya. Rata-rata mata pencaharian wali murid bertani, berkebun dan tidak satupun yang memiliki penghasilan tetap, seperti ASN, TNI, POLRI maupun pengusaha. Perwakilan wali murid pernah mengusulkan agar guru melakukan pembelajaran tatap muka. Namun belum bisa dipenuhi karena saat itu kondisi Trenggalek masih zona merah. Maka ia melakukan luring beberapa siswa yang berdekatan dikumpulkan di salah satu rumah siswa kemudian dilakukan pembelajaran. Sejatinya cukup efektif namun ia pernah jatuh sakit karena kelelahan dan medan yang menanjak dan berliku.
Diskusi kami semakin asyik, aku mencoba memberi solusi yang sedikit memudahkan nya. Dengan cara membuat modul Belajar Dari Rumah (BDR) untuk memandu siswa belajar selama satu minggu. Tekniknya siswa mengambil modul setiap hari Sabtu. Dan mengumpulkannya Sabtu depan. Karena kondisi rumah siswa yang menyebar dan menanjak diharapkan yang mengambil adalah wali murid. Bukan guru yang mengantar ke 23 rumah siswa. Siswa yang berdekatan rumah bisa menitip ke tetangganya. Untuk meyakinkannya kusampaikan kelebihan modul BDR ini. Modul ini mampu mencakup semua materi dalam satu minggu. Siswa cukup menjawab dalam modul yang dibuat guru. Modul berisi materi esensial saja, sehingga lebih efektif. Tetapi pembuatan modul ini harus didiskusikan dengan kepala sekolah, jika kepala sekolah setuju akan memudahkan guru dan wali murid. Langkah berikutnya setelah kepala sekolah setuju baru disosialisasikan ke wali murid. Jika ingin menghindari kerumunan sebaiknya diskusi dengan ketua paguyuban kelas.
Kelihatannya sahabatku mulai tertarik, maka segera kujelaskan isi modul. Modul tadi kontennya berupa materi pembelajaran dalam satu minggu, Berarti satu modul berisi materi satu subtema atau 6 pembelajaran. Jika minggu ini membuat modul subtema 1, maka minggu depannya subtema 2 dan seterusnya. Konkritnya, misalkan tema 2 subtema 1 kelas VI, diawali dengan panduan pembelajaranke 1,2 sampai dengan 6. Untuk Pembelajaran satu dalam modul tersebut bisa diawali dengan siswa harus menceklis kegiatan-kegiatan pembiasaan. Kegiatan siswa sebelum belajar daring/luring:
- Bangun sebelum subuh
- Sholat Subuh
- Merapikan tempat tidur
- Mandi sampai bersih
- Memakai pakaian rapi
- Sarapan
- Makan buah/sayur
- Sholat dhuha
- Berdoa sebelum belajar
Selanjutnya modul berisi panduan kegiatan belajar siswa yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, misalnya:
- Kegiatan 1 membuat pertanyaan dan menjawabnya
- Kegiatan 2 mencermati gambar dan menjelaskannya menjadi sebuah paragraf
Kemudian diakhir pembelajaran 1 ini bisa dituliskan kegiatan pembiasaan yang harus dilakukan dan diceklis siswa seperti:
- Berdoa setelah belajar
- Merapikan buku pelajaran
- Membantu orang tua
- Memanfaatkan waktu untuk kegiatan positif
- Membaca Alquran
- Murajaah surat/juz amma
- Tidur maksimal pukul 21.00 WIB
Kegiatan ini penting diterakan di modul karena seringkali melihat siswa seusia SD/MI waktu pembelajaran daring bermain-main di jalanan. Ternyata yang mengerjakan tugas kadangkala ibunya atau kakaknya. Meskipun banyak yang taat mengerjakan tugas dari guru, mereka baru bermain-main dengan temannya setalah selesai mengerjakan tugas daring. Untuk aturan tidur maksimal jam 21.00 patut diterapkan, seringkali dapat curhatan dari para wali putranya tidur sampai tengah malam hanya untuk nonto TV maupun ngegame.
Kesimpulannya pembuatan modul sangat bermakna jika ada keluhan dari wali terkait biaya pembelian pulsa internet yang membengkak. Pembuatan modul juga menjadi solusi ketika guru kesulitan/kelelahan melakukan luring. Namun yang menjadi catatan penting karena kondisi ekonomi di masa pandemi. yang serba sulit. Untuk penggandaan modul sebaiknya dicukupi sekolah. Bukan dibebankan kepada wali murid.