Ngeblog Bareng Dedi Dwitagama
Jika kita jalani dengan serius dan sepenuh hati, maka kita akan mendapatkan banyak hal yang tak terduga dan itu membuat bahagia tak bertepi.
~Dedi Dwitagama~
Dedi Dwitagama (Dok. Pribadi)
Resume Ke-17
Nge-blog, kata populer percakapan dalam dunia komputer dan teknologi informasi untuk menggambarkan proses seseorang menuangkan ide ke dalam blog. Blog itu media online. Blog digunakan untuk menulis dengan tujuan tertentu. Orangnya disebut blogger.
Membuat blog itu sangat mudah cepat. Asalkan kita memiliki email, kita bisa membuat blog. Apalagi aplikasi blog seperti blogger maupun wordpress sudah tersedia pada smartphone android, buka saja playstore. Jadi, tidak ada alasan membuat blog itu hal yang sulit, susah, lama, dan ribet. Yang susah adalah mengisi blog dengan konten secara konsisten. Terbukti betapa banyak blog bertebaran namun isinya hanya satu atau dua postingan.
Ngeblog, itu tidak hanya menulis. Akan tetapi, mengunggah gambar tanpa tulisan atau video tanpa tulisan juga akan kurang lengkap makna yang ditangkap. Oleh karena itu ngeblog sangat identik dengan membuat tulisan blog. Singkatnya, ngeblog itu menulis.
Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi, demikian pesan seorang guru blogger Indonesia. Tulisan itu akan menyapa kita setiap membuka blog https://wijayalabs.com. Hal itu juga yang dilakukan oleh blogger kawakan lainnya, Dedi Dwitagama, narasumber belajar menulis gelombang 15 tanggal 9 September 2020.
Dedi Dwitagama adalah guru Matematika SMKN 50 Jakarta, tokoh blogger Indonesia yang sangat menginspirasi. Ia adalah bloger yang konsisten menulis sejak mengenal dunia blog dari tahun 2005. Ketika itu, pada suatu sore di tahun 2005, Agus Sampurno bersilaturahmi ke rumahnya. Agus Sampurno adalah adik terkecilnya, pemilik blog guru kreatif. Dari cerita serius Agus Sampurno tentang tren blog di dunia, ia merasa terprovokasi dan langsung mempelajari tentang blog dan jadilah blog pertama Pak Dedi, Principal & Trainer 1st edition. Kemudian berlanjut dengan Trainer Kita dan Blog Pendidik. Blog pendidik inilah blog penerima anugerah e-learning award 2008 dari Pustekkom Depdiknas.
Tahun ini, 2020, kegiatan ngeblognya sudah genap lima belas tahun. Tetapi ia masih tetap bertahan, tetap menulis. Postingan di blog pribadinya (menurut pengakuannya ada 10 blog yang ia kelola) bertebaran menghiasi dan menambah khazanah literasi negeri ini. Sebagian adalah rekaman atau dokumentasi kegiatannya sehari-hari.
Pak, saya tidak punya waktu untuk menulis!
Menulis tidak memerlukan jadwal atau waktu khusus. Karena menurutnya, menulis bisa dilakukan kapan saja. Saat istirahat usai upacara sebelum jam mengajar, sesaat istirahat antarjam mengajar, sebelum pulang sekolah, saat menunggu anak pulang sekolah, ketika menunggu istri belanja, menunggu rapat di mulai, saat pembicara rapat sudah dimengerti intinya (agar tak mengantuk ia menulis). Apalagi sekarang ada aplikasi android yang memudahkan kita menulis.
Siapa yang akan membaca tulisan saya?
Menulislah apa yang menurut kita dibutuhkan oleh orang banyak. Menulis apa yang dibutuhkan di masa depan. Menulis apa yang disukai dan dikuasi sehingga bisa saja memopulerkan sesuatu berdasarkan ide sendiri. Sesaat sebelum mengunggah tulisan, pikirkanlah judul yang menarik dan sedang dicari-cari orang. Benar juga, ya! Tugas kita adalah menulis dengan baik. Dibaca atau tidak itu urusan pembaca. Tetapi kita tidak perlu khawatir, karena blog memiliki statistik yang membuat kita tahu apakah ada yang membaca tulisan kita, apakah jenis tulisan yang digemari khalayak.
Lima belas tahun ngeblog apa tidak bosan?
Tidak ada alasan rasional untuk berhenti ngeblog jika blog dianggap sebagai majalah sendiri. Majalah yang isinya bisa memuat apa saja yang kita suka. Majalah pribadi yang memuat iklan dan promosi gratis tentang ide, kegiatan, atau skill yang kita miliki. Bayangkan jika kita mengirimkan naskah kepada majalah konvensional. Naskah kita kan melalui beberapa pintu persetujuan. Bayangkan juga berapa uang yang harus dikeluarkan jika kita beriklan di majalah atau media milik orang lain.
Melalui blog, menurut blogger yang juga trainer profesional ini, berarti kita mengabarkan berbagai hal baik yang kita lihat. Kebahagiaan yang ia rasakan akan tersebar ke dunia. Kebaikan dan kebahagian makin banyak bertebaran di dunia maya dan dunia nyata, mudah-mudahan.
Ngeblog juga mengajarkan kita untuk tidak egois, memiliki jiwa silaturahmi, dan rendah hati. Ngeblog itu bertujuan agar tulisan kita dinikmati dan dibaca orang lain. Hukum alamnya adalah, jika ingin dibaca orang lain maka kita harus mau membaca tulisan orang lain. BW atau blogwalking adalah jawabannya. Blogwalking adalah jalan-jalan ke blog lain dan meninggalkan komentar, saran, dan kritik yang membangun. Kadang kala ada juga komentar yang hanya bertujuan menyapa pemilik blog. Kemudian, diharapkan pemilik blog yang dikomentari melakukan kunjungan balik melalui link yang ditinggalkan pada identitas komentar. Dengan melakukan blogwalking kita akan membaca beragam info yang dapat memunculkan ide menulis serta menambah asupan gizi literasi. Andai pun kehabisan ide, cukup ia unggah sebuah foto dan memberi keterangan satu paragraf, lalu memublikasikannya.
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Demikian peribahasa lama yang bermakna seorang manusia terutama diingat jasa-jasanya atau kesalahan-kesalahannya. Perbuatannya ini, baik maupun buruk akan tetap dikenal meskipun seseorang sudah mati. Nah bagi seorang blogger seperti Dedi Dwutagama kalimat sesudah gajah mati meninggalkan gading adalah blogger mati meninggalkan tulisan tulisan yang bisa dilacak di google. Aha..!
Menilik riwayat, blog pertama Dedi Dwitagama menggunakan blogger. Dua tahun kemudian ia beralih ke wordpress, paltform blog lainnya yang muncul kemudian. Menurutnya tidak masalah mana yang mau digunakan karena yang penting adalah man behind the gun-nya. Namun menurutnya, yang datang belakangan biasanya lebih lengkap fasilitasnya dan menutup kelemahan platform terdahulu.
Saya ini tidak bisa apa-apa, bagaimana caranya agar apa-apa bisa?
Dedi Dwitama adalah guru matematika, penulis, blogger, trainer, pembicara, youtuber, podcaster, dan saya yakin masih banyak “kebisaan” lainnya. Dengan merendah ia menjawab saya adalah korban “ALAH BISA KARENA BIASA”. Peribahasa lama yang berarti perbuatan yang sukar, kalau sudah biasa dikerjakan, tidak terasa sukar lagi; kalah kepandaian oleh latihan. Kata alah konon berasal dari kata kalah. Menekuni sesuatu yang kita mau dan kita mampu dengan serius dan menjadi kebiasaan serta siap untuk belajar terus maka kita kan mampu melakukan hal itu. Demikian juga ketika menulis dan berbicara. Ia mengatakan, ”Saya tak menulis yang tak saya kuasai, juga tak mau jadi pembicara untuk topik yang tak saya kuasai, walau honornya gede sekalipun.” Oleh karena itu, bikin dulu satu blog, unggah semua tulisan di situ. Dalam waktu setahun, nanti kita bisa memutuskan apakah tetap dengan satu blog atau beberapa sesuai fokus yang diminati.
Selain ngeblog, Dedi Dwitagama juga berkiprah melalui channel youtube. Channelnya di https://www.youtube.com/user/dwitagama sudah cukup banyak pelanggan (subscriber)-nya. Baginya, setiap media punya kelebihan sendiri dan ia nyaman dengan semuanya. Sekarang ia merambah media podcast. Podcast mulai ada tahun 2001, asal kata iPod dan broadcast. Berawal dari munculnya iPod, lalu penggunanya bisa merekam suara dan menayangkan via internet. Jika youtube berisi gambar dan suara, maka podcast hanya suara saja, walaupun ada yang berkreasi dengan mengunggah video dengan nama podcast, Dedi Corbuzer contohnya. Penanyangan di berbagai platform, seperti spotify, anchor, maupun sounclouds. Melalui https://www.listennotes.com/podcasts/negeri-paman-besut-dedi-dwitagama-JVG4U38avHR/, Dedi Dwitagama menjadwal kan “berpodcastria” seminggu sekali, hanya dengan HP.
Ngeblog adalah kegiatan di luar kegiatan pokok sehari-hari. Namun, sama halnya dengan tugas kita mendidik anak negeri, jika kita jalani dengan serius dan sepenuh hati, maka kita akan mendapatkan banyak hal yang tak terduga dan itu membuat bahagia tak bertepi. Blog yang kita buat pun demikian jika kita seriusi dengan rutin membuat tulisan, foto, video, atau apa saja secara serius dan sepenuh hati, maka kita akan menikmati hasil yang tak terduga. Orang bilang, proses tak mengkhianati hasil. Mari, mulailah berproses, demikian kata penutup sang master blogger, trainer, dan pembicara handal sahabat Om Jay yang hadir dua jam menemani kami berbagi rasa dan ilmu melalui tema Berbagi Pengalaman Menulis di Blog Pribadi.
Malam yang dingin di Tegalrejo, Musi Rawas, Sumatera Selatan
https://susantogombong.blogspot.com/2020/09/ngeblog-bareng-dedi-dwitagama.html
Terima kasih, tulisan saya ikut ditampilkan di blog kita. Terima kasih, menambah semangat untuk menulis.
Sangat menginspirasi, semangat menulis tumbuh kembali
Mantapps
terima Omjay padat berisi luas biasa