Membaca siaran pers Kemdikbud perihal pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah perihal pembelajaran tatap muka, ada yang bertanya kepada saya. Apakah pembelajaran daring akan dihapuskan? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu saja tidak semudah mengatakan ya atau tidak.
Semenjak bulan April yang lalu, guru dihadapkan pada model pembelajaran “darurat” pada masa pandemi Covid-19. Pembelajaran jarak jauh menjadi satu-satunya pilihan ketika anak “dilarang” bersekolah. Ada beberapa pilihan pebelajaran yang boleh dipilih guru. Pilihan itu terbagi menjadi dua yakni daring dan luring.
Pembelajaran daring adalah pembelajaran dengan bantuan jaringan internet. Pendidik dan anak didik dalam melakukan pembelajaran terhubung karena ada jaringan internet. Berbagai platform media sosial dan aneka LMS (Learning Management System) digunakan pendidik untuk melakukan komunikasi instruksional dengan anak didiknya. Pembelajaran ini sangat mengandalkan koneksi internet. Pada gawai harus tertanam paket data dalam jumlah yang mencukupi agar terjadi koneksi. Dengan demikian pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Pada daerah tertentu, infrastruktur internet tidak sebagus daerah lainnya. Bagaimana pendidik dapat melakukan pembelajaran sementara mereka tidak boleh bertatap muka secara intens? Jawabannya adalah pembelajaran luring. Luring kependekan dari luar jaringan. Artinya terputus dari jaringan internet. Oleh karena itu, pembelajaran luring tidak memerlukan jaringan internet. Para peserta didik belajar menggunakan buku paket pelajaran, modul, LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik), radio, dan televisi. Sesekali guru melakukan kunjungan ke rumah-rumah peserta didik yang memungkinkan untuk dijangkau dengan penuh kehati-hatian.
Pembelajaran jarak jauh dengan daring maupun luring tidak terlepas dari masalah. Pada pembelajaran daring masalah yang muncul terkait dengan kondisi geografi, kemampuan pendidik/peserta didik dan orang tua, termasuk masalah ekonomi. Pemerintah, sekolah, dan orang tua secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama mengatasi beberapa hambatan yang ada.
Nasib Pembelajaran daring
Terlepas dari aneka permasalahan, pembelajaran jarak jauh khususnya daring telah memberikan kebiasaan baru bagi pendidik dan peserta didik. Pertemuan tatap maya dengan berbagai aplikasi video conference menjadi biasa. Memanfaatkan internet untuk membantu pemahaman terhadap materi pembelajaran sudah menjadi kebiasaan.
Jika siaran langsung karena sesuatu hal tidak dapat diikuti, peserta didik dapat mengulang pada tayangan tunda. Tentu jika pendidik menghubungkan siaran langsungnya dengan youtube. Peserta didik dapat memperoleh materi melalui e-modul atau melalui blog pribadi guru. Dengan pembelajaran daring, peserta didik “bebas” menentukan waktu belajarnya. Peserta didik dapat berinteraksi dengan pendidik maupun teman-temannya melalui media sosial yang dipilih dan ditetapkan bersama.
Adanya kemungkinan pembelajaran tatap muka sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Bersama empat menteri tentu memberi keuntungan bagi pendidik maupun peserta didik. Banyaknya pertanyaan tentang bila waktunya pembelajaran jarak jauh (PJJ) berakhir terjawab sudah. Awal semester genap tahun ajaran 2020/2021 adalah tonggak berakhirnya era PJJ, meskipun orang tua masih dimungkinkan untuk menolak pembelajaran tatap muka dengan alasan pandemi belum berakhir.
Diharapkan Hasil Pembelajaran Semakin Dahsyat
Pada pembelajaran tatap muka, peserta didik dan pendidik kembali dapat berinteraksi secara langsung. Para peserta didik dapat langsung berdiskusi dengan teman-temannya tanpa menunggu waktu balasan pesan seperti pada pembelajaran daring. Jika ada materi yang belum dipahami, peserta didik dapat bertanya langsung di kelas kepada pendidik. Pendidik dapat seketika memberikan jawaban atau mengarahkan untuk membuka situs tertentu untuk dibuka di rumah dan dipelajari disertai petunjuk cara mencari (searching) maupun menggunakannya.
Keuntungan lainnya dengan dimulainya tatap muka menyusul kebiasaan memanfaatkan internet untuk pembelajaran adalah peserta didik dapat melakukan kegiatan praktik. Kegiatan praktik yang diawasi pendidik dapat memperkuat ingatan dan meningkatkan pemahaman. Pendidik dan peserta didik dapat membandingkan kegiatan praktik yang dilakukannya dengan kegiatan serupa yang ada di internet (youtube).
Dari uraian di atas jelaslah bahwa pembelajaran daring pada awalnya merupakan solusi bagi pembelajaran yang tidak dapat dilakukan secara tatap muka. Pada pembelajaran tatap muka yang hendak diberlakukan pada awal tahun 2021 (awal semester genap tahun ajaran 2020/2021), pembelajaran daring memperkuat pembelajaran tatap muka yang dilakukan. Gabungan pembelajaran tatap muka dipadu dengan e-learning (pembelajaran daring) justru diasumsikan hasil pembelajaran semakin dahsyat. Semoga.