Proses pembelajaran jarak jauh di SMAN 2 Cikarang Selatan berlangsung dari pertengahan Maret sampai dengan akhir Juni. Pembelajaran jarak jauh dilakukan dengan moda dalam jaringan (daring), termasuk untuk mata pelajaran Sejarah Peminatan. Pembelajaran sejarah peminatan secara daring memanfaatkan banyak aplikasi daring seperti grup whatsapp kelas,google classroom,google form untuk kuis,blog guru mata pelajaran, e-module, youtube dan aplikasi media pembelajaran seperti prezi.com.
Sebagian besar peserta didik awalnya hanya mengenal whatsapp untuk membantu kegiatan belajar mengajar mereka selama ini. Peserta didik belum banyak mengenal berbagai aplikasi online seperti google form untuk kuis, blog guru, e-module,youtube dan prezi.com. Sebagaimana data hasil sebaran kuesioner yang dilakukan penulis kepada peserta didik menunjukkan sebanyak 96 dari 122 peserta didik yang mengisi kuesioner hanya menggunakan WAG untuk mendukung kegiatan belajar mengajar mereka selama ini.
Tabel.1
Sumber : Data Pribadi (Juni, 2020)
Namun seiring berjalannya waktu sebagian besar peserta didik mampu mengikuti pembelajaran sejarah peminatan secara daring dengan aplikasi-aplikasi daring di atas. Sebagian diantaranya sangat antusias karena melihat sumber dan media belajar yang disediakan guru. Sedikit sekali peserta didik yang tidak mampu mengikuti pembelajaran daring secara serempak oleh guru mata pelajaran. Sebagaimana ditunjukkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel. 2
Sumber : Data Pribadi (Juni, 2020)
Dari 122 peserta didik yang mengisi kuesioner pembelajaran daring sejarah peminatan, sebanyak 61 peserta didik antusias mengikuti pembelajaran daring karena mendapatkan pengalaman baru. Sebanyak 25 peserta didik mengatakan pembelajaran secara daring bisa menambah ilmu atau kompetensi bagi mereka terutama dalam hal teknologi informasi. Untuk mata pelajaran sejarah peminatan dari lima kelas yang diampu, sebanyak 170 peserta didik lebih dari total 180 peserta didik yang diasuh mampu mengikuti pembelajaran daring secara terjadwal. Bisa disimpulkan 95% lebih pembelajaran daring berhasil dilakukan untuk mata pelajaran sejarah peminatan.
Meski dikatakan berhasil, ada pula kendala yang membayangi selama pembelajaran daring berlangsung, seperti kemampuan perangkat gawai/smartphone yang terkadang hang atau rusak di tengah mengerjakan tugas, keterbatasan jumlah peserta didik yang memiliki laptop/desktop di rumah, kendala jaringan bagi beberapa peserta didik yang tempat tinggalnya susah sinyal internet, biaya kuota internet bagi sebagian peserta didik untuk dapat mengikuti pembelajaran daring secara terjadwal.
Tabel.3
Sumber : Data Pribadi (Juni, 2020)
Namun seperti yang disampaikan di awal tadi bahwa secara keseluruhan pembelajaran sejarah peminatan secara daring berhasil. Hal ini juga tidak terlepas dari semangat peserta didik untuk tetap bisa belajar dan dukungan moril dan materiil dari para orang tua mereka. Yang menarik dari pembelajaran daring ini adalah sebagian peserta didik tetap menginginkan pembelajaran tatap muka di kelas dengan guru dibanding pembelajaran daring.
Tabel.4
Sumber : Data Diolah Sendiri (Juni, 2020)
Sebanyak 96 peserta didik atau sekitar 79% memilih tetap kembali ke pembelajaran tatap muka langsung di kelas. Hanya 5% atau 5 peserta didik yang memilih pembelajaran daring. 18 peserta didik atau 15 % yang memilih kedua-duanya. Ini artinya, semaju apapun teknologi yang diciptakan dan digunakan manusia, tidak bisa mengganti peran guru dalam mendidik dan mentransfer ilmu kepada peserta didik secara tatap muka di kelas.
Lampiran :
1. Foto/dokumentasi pembelajaran
a, Pengelolaan Penilaian
b. Aplikasi Pembelajaran Berbasis Internet Yang Dipergunakan
Google Classroom
Blog Guru
E-Module
c. Dokumentasi peserta didik mengerjakan tugas
(Setiawan Arief, Guru SMAN 2 Cikarang Selatan, Bekasi, Jawa Barat)