PGRI Masih Dihatikah?
(Dharmasraya,14 September 2020…Oleh: Nur Khamdi)
Alam demokrasi Indonesia begitu mendukung iklim kebebasan berbicara dan berpendapat. Termasuk juga didalamnya berserikat menjadi suatu kesatuan dari sekelompok orang yang memiliki harapan dan tujuan yang sama.
Lebih luas berdirinya sebuah partai menjadi legalitas sebagai langkah meraup suara sehingga memiliki peluang duduk lembaga yang berlebel ciri demokrasi DPR.
Tujuan dan harapan yang sama tentunya ada di SETIAP individu sehingga manakala individu terkumpul dalam kelompok persamaan suasana, maka banyak muncul serikat-serikat organisasi sebut saja SPSI.
Nah sebagai serikat persatuan buruh yang disitu semua merasa satu nasib, satu perjuangan untuk menyuarakan harapan dan menjaga tali persaudaraan antar sesama buruh.
Guru sebagai satu profesi dalam perjalanan waktupun telah memilliki satu lembaga yang kita kenal dengan nama PGRI. Persatuan Guru Republik Indonesia.
Harapan besar tentunya melalui lembaga Ini segala problematika dan karir serta kenyamanan dalam menjalankan sebuah profesi guru bisa terwujud.
Oleh karena satu hal yang perlu diingat bahwa produk kerja guru adalah menciptakan suatu peradaban masa depan melalui pendidikan yang diberikan kepada siswa.
Tidak kalah hebat antara guru dengan dokter loh. Seorang dokter mengobati penyakit hari Ini untuk masa depan sedangkan guru harus menyiapkan generasi hebat, kuat, dan sehat untuk masa depan.
Nah so guru dan dokter sama-sama hebat. Ada hal sedikit yang menarik ketika kita bicara tentang organisasi profesi. Bukan berarti membandingkan antara IDI dan PGRI atau SPSI dan serikat serikat pekerja yang lain.
Rasa bangga dan menjadi kebangkaan barangkali sedikit berbeda.
Hampir semua mobil dokter memasang stiker IDI yang analisa saya lebih kuat sebagai bentuk kebanggaan untuk memberi tahu..nich gua dokter lo…atau nich…Gua Punya.
IDI yang bisa kami banggakan. Kita menang tidak tahu pasti apa yang membuat mereka bangga.
Ada uangnyakah…kerennyakah atau gengsinya.
Hal yang jelas hari Ini belum bisa dipungkiri kalau mereka bangga dan masyarakat mengakuinya.
Kembali ke PGRI..boleh berapa banyak mobil guru yang berstiker PGRI dan berapa ribu sepeda motor guru berstiker PGRI….Why…and Why bahkan yang lebih miris Ada satu lembaga baru karena kita sebut lembaga baru karena lahirnya dah zaman kekinian…yaitu IGI yang notabene masih satu profesi sebagai GURU.
Nah what happen Ini dan saya YAKIN semua mengklaim yang paling bisa mewakili aspirasi guru…Apakah Ini makna sebuah demokrasi yang memberikan kebebasan untuk menyuarakan pendapat kalau begitu bisa muncul IGI-IGI yang lain tinggal depannya aja.
Sebetulnya mau dibawa kemana sich ni guru? terus cita citanya apa sih….terus kalau guru hari ini banyak yang tidak, maaf memahami sebuah PGRI sehingga jangankan untuk tertarik bergabung, paham apa itu PGRI aja belum..terus mau gimana?
Nah guru sebetulnya merupakan suatu power besar di nusantara. Ini tinggal dihitung. Berapa jumlah guru indonesia.
Di Smk saja berjumlah 14000 se-indonesia, belum sma, belum smp dan belum sd.
Lalu bandingkan yang dokter dalam satu kabupaten paling 20 orang.
Inilah PR terberat dari PGRI tentunya adalah mengedukasi dan menimbulkan rasa bahwa guru nusantara itu satu saudara. Masalah tugas guru adalah Ini jadi kalau ada yang bermasalah.
Dengan kerja ada lembaga yang mengayomi masalah guru.
Nah biasanya ini solusinya Ini kalau.guru.bermasalah ini.advokatnya…gaji.guru segini tunjangannya.segini kalau.gak segini.gemana…guru ada guru pns dan guru.honor…bagaimana PGRI bisa berdiri untuk.bisa memastikan bahwa guru sama dengan profesi.dokter.bedah…bolehkan orang jurusan mata ambil honor.jadi.ahli.bedah…bolehkan jurusan teknik mesin ambil honor jadi dokter ortopedi.. tidaaak…so.bagaimana dengan guru.?
Lalu sebuah organisasi akan menjadi kebanggaan sang anggota manakala organisasi Ini membawa manfaat yang jelas karena hari Ini guru belum merasakan dengan jelas apasih yang Organisasi ini berikan buat anggota. Kalaupun hari Ini organisasi telah berbuat banyak untuk guru barangkali informasinya dan sosialisasi yang tidak sampai.
Hal itu tentunya sifat alami manusia mereka. Ayo bersatu karena satu nasib dan merasa ada manfaatnya manakala tidak, maka mereka enggan. Barangkali perlu ada sebuah survey harapan apa yang hari Ini guru inginkan dan survey tentang apa itu PGRI dan mengapa aku butuh PGRI.
Ini adalah sebuah gejolak hati manakala saya belajar masuk menjadi pengurus PGRI kabupaten namun belum menemukan fillnya karena hari itu organisasi hanya bersifat seremonial…belum memiliki visi real untuk memberi rasa bangga bagi sang anggota.
Majulah Guru.
Bersatulah dalam niat besar membangun generasi hebat masa depan. PGRI selalu dihatiku.
Nur Khamdi
Jayalah PGRI, walau belum semua guru paham apa itu PGRI tapi mereka telah mengcap hasil perjuangan PGRI seperti TPG.
Kami siap mendukung tetap tegak berdirinya PGRI,
Semangat
PGRI adalah wadah silaturahmi yang sdh seharusnya menjadi tempat bernaung meluapkan inspirasi dannmeningkatkan kompetensi
Kreenn PGRI…
Mantap bebar
Mantap benar, PGRI