Puisi: Orang-orang Pemutar Kekerdilan
Untuk kesekian kali, kita mempersiapkan pertunjukan dagelan
Menempatkan orang-orang benua biru di panggung istana yang mulai usang
Dan memberinya sesembahan
Papan-papan masa lampau kembali ditegakkan
Di antara deretan kebimbangan dan kebingungan
Berusaha kuat, memuntir kepala di setengah lingkaran
Saudara
Ribuan burung kedasih, masih bertengger di ruang-ruang duka
Memunguti angka-angka kematian di detak jam tanpa tanda-tanda
Saudara
Ribuan dan bahkan jutaan tangan
Masih berupaya memanggil kepergian nyawa-nyawa yang mulai bosan
Sedang kau? Tak henti-henti memutar kekerdilan akal pikiran