Malam ini meski masih banyak tugas yang harus diselesaikan, mencoba untuk belajar dari WAG Belajar menulis Gelombang 14. Tidak ada kata terlambat untuk belajar dari group yang menginspirasi ini dan sekaligus meresumenya. Materi yang dipaparkan tanggal 2 September 2020 ini sangat menarik perhatianku. Seorang guru muda yang sangat berprestasi, bernama Ibu Ditta Widya Utami S.Pd. Beliau merupakan salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang Jawa Barat. Bu Ditta lahir pada tanggal 23 mei 1990. Ketika kuliah Beliau pernah menuliskan 100 target mimpi yang ditulis pada sebuah karton besar dan ditempel di dinding kamar kosnya. Salah satu dari 100 mimpinya adalah menulis buku. Hari demi hari impiannya banyak yang terwujud. Setiap mimpi yang sudah terwujud Beliau coret dari daftar untuk mmemberi ruang pada mimpi-mimpinya yang berikut. Ternyata semakin lama mimpinya banyak yang terwujud atas kehendak Allah SWT.
Sebenarnya mimpinya menulis buku sudah terwujud sejak mengikuti lomba kreativitas mahasiswa tingkat jurusan dan meraih juara dua dengan skor berbeda tipis dengan skor juara 1. Sepuluh tahun kemudian Beliau menjadi panitia workshop Best Practise yang diselenggarakan MGMP IPA Kabupaten Subang. Hasil workshop tersebut kemudian diabadikan dalam bentuk sebuah buku oleh Hajjah Rita Rosidah, M.MPd. Ibu Rita adalah ketua MGMP IPA Kabupaten Subang, Bu Rita inilah yang memberinya amanah untuk menyunting buku tersebut bersama Suprapti, S.Pd. Setelah Buku Jejak Langkah Guru Subang selesai dicetak kemudian Bu Dita ikut pula menulis dalam sebuah antologi, bersama komunitas literasi yang diikutinya.
Bu Dita memaparkan kenangannya pada rentang waktu Bulan Maret sampai April 2020 dirasakannya sebagai bulan penuh kebahagiaan. Karena dalam waktu satu bulan buku solo pertamanya yang berjudul Lelaki di Ladang Tebu diterbitkan. Kerja yang luar biasa. Buku tersebut ternyata kumpulan cerpen pendidikan yang konfliknya diambil dari kisah nyata. Hanya dinarasikan ulang menjadi sebuah cerpen. Dengan rendah hati Bu Dita menyampaikan bahwa buku tersebut digunakan untuk mengabadikan kisah-kisah para murid yang telah menjadi guru kehidupan baginya. Bagi Bu Dita, semua siswanya yang memiliki karakter positif maupun negatif, telah mampu memberinya pelajaran hidup.
Beliau masuk kelas menulis Om Jay pada tanggal 26 Maret 2020. Yang Bu Dita rasakan sama seperti yang aku rasakan. banyak sekali manfaat dan kebahagiaan yang bisa diperoleh saat mengikuti group ini. Omjay layaknya motivator yang selalu menginisiasi peserta group untuk menulis setiap hari. Dari group inilah Bu Dita mampu menulis 2 buku karya bersama Profesor Eko Indrajit dan Ibu Kanjeng. Buku mayor pertama yang Beliau tulis berawal dari materi hari Senin tanggal 13 April 2020. Peserta group menulis bersama Omjay, mendapat materi tentang menulis buku dalam seminggu yang disampaikan Profesor Eko Indrajit. Beliau merasa salut dengan teknik penyampaian Profesor Eko yang sangat luwes, sikap bersahaja, sehingga peserta sangat menikmati paparan tersebut. Hingga akhirnya Prof. Eko menyampaikan tantangan menulis buku dalam seminggu.
Pada tanggal 15 April 2020, Beliau mencoba mengirim judul dan outline ke Prof. Eko dan langsung di setujui. Setelah itu, setiap hari Bu Dita menulis satu BAB sehingga tepat satu minggu selesai. Setelah draf selesai, langsung melakukan bimbingan untuk proses editingnya. Inspirasi dari pengalaman Bu Dita menulis buku mayor merupakan sebuah rahasia dalam menulis buku tepat waktu. Caranya selesaikan seluruh draf dari daftar isi hingga daftar pustaka, baru kemudian diedit. Karena jika selesai satu bagian langsung diedit, maka buku tidak akan cepat selesai. Sejatinya proses editinglah yang membutuhkan waktu lama dalam proses membuat buku.
Menurut Beliau, menulis dapat dipilah 3 jenis, yakni :
- Menulis untuk mengabadikan momen
Ketika penulis mengisahkan pengalaman yang menarik
- Menulis untuk mengabadikan buah pikiran
Saat penulis menyajikan karya Best Practice, PTK, artikel ilmiah atau apapun yang membutuhkan referensi.
- Menulis untuk kebutuhan
Jenis ini dilakukan penulis karena kebutuhan yang harus dipenuhi misalkan: hobi atau kesenangan menulis.
Berdasarkan jenis-jenis menulis tersebutlah Beliau membuat karya yang berjudul Menyongsong Era Baru Pendidikan. Buku ini ditulisnya untuk memenuhi kebutuhan pendidik saat ini. Siswa pada Generasi Z (lahir antara tahun 1995-2010) dan Generasi A (lahir setelah tahun 2010), merupakan generasi yang dekat dengan teknologi. Oleh sebab itu guru dan menggunakan teknologi informasi dalam pembelajaran. Bahkan memanfaatkan teknologi dalam proses mengajar menjadi kriteria kompetensi paedagogi dan professional seorang guru. Karena pandemi covid-19 mengharuskan guru menggeser pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran inovatif yang memanfaatkan teknologi informasi. Karena perkembangan teknologi yang pesat, maka pembelajaran akan kondusi jika baik guru maupun siswa memahami teknologi. Sejatinya teknologi hanyalah sebuah alat. Namun guru harus pandai meramunya/memanfaatkan agar siswa menjadi aktif saat pembelajaran.
mantul
Terimakasih motivasinya Omjay