
Catatan Harian
Rapat perdana tim admin website guru penggerak malam ini dilakukan. Om Jay selaku koordinator mengajak kami selalu tim admin untuk mencari strategi agar website kembali aktif dan ramai pengunjung kembali. Memang sudah beberapa bulan website ini tidak begitu aktif. Saya sendiri tidak pernah menulis lagi di website tersebut. Bukan tidak mau, namun karena lupa passwordlah yang menjadi alasan utama. Ternyata, tidak hanya saya yang mempunyai masalah untuk log in di website. Ada beberapa admin lainnya yang mengalami hal serupa.
Solusi diberikan oleh Om Jay. WA kembali menjadi solusi andalan di segala masalah. Om Jay menawarkan bagi siapapun yang ingin mengirimkan tulisannya di website guru penggerak, tetapi mengalami kesulitan untuk posting, dapat mengirimkan tulisannya dalam bentuk ketikan di WA ke nomor Om Jay di WA 08159155515. Nantinya, Om Jay dan tim admin lainnya akan membantu untuk posting tulisan tersebut. Solusi yang menguntungkan Sekali tentunya.
Agenda lain selain rapat tim admin malam ini adalah menjadi moderator seminar di grup telegram kelas menulis juga. Kecanggihan teknologi memang memanjakan kita untuk dapat melakukan banyak kegiatan dalam satu waktu. Tema malam ini sangat bagus. Ini menjadikan saya ingin membagikan materi yang disampaikan oleh narasumber di seminar yang saya ikuti melalui website guru penggerak. Tujuannya agar banyak pembaca di luar grup menulis kami yang menikmati materi keren ini.
Dalam seminar di grup telegram kami kali ini mengambil tema 13 kesalahan Kepenulisan yang Tak Disadari. Materi ini dipaparkan oleh ibu Miftakhun Nikmah. Beliau adalah seorang guru penulis. Inilah 13 kesalahan Kepenulisan yang Tak Disadari oleh penulis yang dipaparkan oleh Bu Nikmah.
1. Melupakan tanda baca koma.
Karena asyik menulis, mencermati alur cerita atau konflik dan sebagainya sehingga penulis pemula terkadang kurang memperhatikan sistem ejaan yang benar. Salah satunya adalah penggunaan tanda koma.
Tanda koma, digunakan untuk memisahkan kata seperti: oh, wah, aduh dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Oh, begitu? (benar)
Oh begitu? (kurang tepat)
Tanda koma, juga digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
“Ibu bangga sekali, kata ibu, “karena kamu menjadi juara.”
2. Mengabaikan tanda baca petik
Berikutnya, yang acapkali terabaikan oleh penulis adalah penggunaan tanda petik.
Setiap dialog, menggunakan tanda petik dan selalu masuk ke alinea baru, kecuali ada sambungan dialognya.
Contoh:
“Udin mau ke mana?” tanyaku. (alinea baru)
“Saya sarapan dulu, kata Wayan, tunggu sebentar!” (alinea baru tapi untuk sambungan dialognya tidak masuk alinea baru)
3. Penggunaan tanda baca petik satu
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contohnya:
“Kau dengar suara ‘krik-krik’ tadi?” tanya Muhamad.
4. Penggunaan kata aku berlebihan, dalam satu kalimat
Tidak hanya penulis pemula, penulis profesional pun, sering tidak menyadari melakukan kesalahan ini.
Misalnya:
Aku sedang mengajar murid-muridku, tanpa sengaja, kulihat botol minumku terjatuh, tumpah mengenai tasku. (ada 5 ku)
Kalimat yang terlalu banyak kata aku atau ku, sebaiknya dikurangi, sehingga kalimatnya lebih efektif.
Aku sedang mengajar murid-murid, tanpa sengaja botol minumku jatuh dan tumpah mengenahi tasku. (3 ku)
Atau bisa lebih singkat lagi.
Aku sedang mengajar murid-murid, tanpa sengaja botol minumku jatuh, tumpah mengenahi tas.
5. Menjelaskan yang sudah jelas
Tanpa disadari penulis pemula, ia menjelaskan sesuatu yang sudah jelas dalam tulisannya.
Aku naik ke atas menggunakan tangga.
Kalau naik ya ke atas, kalau turun tentu ke bawah. Kalimat yang sudah jelas, dijelaskan lagi, sehingga menjadi bertele-tele dan tidak efektif.
Saya naik menggunakan tangga.
Kalimat yang tepat.
6. Judul yang tidak membuat penasaran
Seorang penulis kadang tidak menyadari, jika judul ceritanya tidak menarik pembaca. Tidak mengundang rasa ingin tahu, sehingga pembaca tidak jadi melanjutkan membaca.
Contoh judul yang menarik dan membuat penasaran adalah Laskar Pelangi. Pembaca menjadi penasaran.
Apa maksudnya?
Siapa laskar pelangi?
Tentarakah?
7. Heboh sendiri
Seorang penulis terkadang sudah menceritakan dengan heboh dan seru, tapi pembaca belum merasakan apa-apa. “Seru sendiri atau heboh sendiri” namanya. Itu juga termasuk kesalahan kepenulisan. Seorang penulis harus mencari cara yang tepat bagaimana karakter tokoh bisa membuat pembaca ikut merasakan. Jika tokohnya memerankan sedih, pembaca ikut sedih dan sebaliknya
8. Ending yang bisa ditebak
Penulis pemula biasanya, endingnya mudah ditebak. Ending yang mudah ditebak biasanya membuat tulisan tersebut menjadi kurang seru dan kurang menarik.Akhirnya pembaca malas melanjutkan untuk membaca tulisan berikutnya.
Bagaimana agar endingnya menjebak? Penulis harus bisa menggiring pembaca, menduga dan menebak-nebak sehingga pembaca mengalami efek jaw dropping atau melongo. Gila! Gue ketipu!
9. Tidak sering membuka kamus Bahasa Indonesia
Membuka kamus Bahasa Indonesia berarti membacanya ya. Seorang penulis yang jarang menggunakan kamus Bahasa Indonesia untuk memperkaya kosa kata, variasi kata dan diksi, maka karyanya akan biasa saja, kurang menarik dan tidak spesial.
jadi, sering-serilah menumbuhkan kecintaan pada kosa kata, diksi dan eksplorasi kata dengan menggalinya di kamus Bahasa Indonesia.
10. Menjamakkan yang sudah jamak.
Menjamakkan kata yang sudah jamak adalah kesalahan kepenulisan berikutnya.
Contohnya:
Saya melihat banyak burung-burung berkicau di dahan pohon.
Banyak menunjukkan lebih dari satu. Burung-burung juga menunjukkan lebih dari satu.
(Kalimat tersebut menjadi tidak efektif)
Kalimat yang benar:
Saya melihat banyak burung berkicau di dahan pohon.
atau
Saya melihat burung-burung berkicau di dahan pohon.
11. Kata ganti yang sering berubah
Perhatikan kalimat berikut.
Aku memasak sebelum subuh, tapi hari ini saya bangun kesiangan
Pada kalimat di atas, penulis tidak konsisten dalam menggunakan kata ganti. Awalnya menggunakan kata ganti aku, berikutnya berubah menjadi saya.
Penulisan yang benar, jika menggunakan kata saya, sebaiknya hingga akhir cerita, kata gantinya tetap saya.
12. Mengulang keterangan yang sudah jelas.
Kalau keterangan sudah jelas, tidaklah perlu dijelaksan kembali dengan keliat yang bertele-tele. Hal ini akan membuat jengkel pembaca. Biar saja apa adanya.
13. Karakter tokoh yang tak pernah ditemui di dunia nyata
Ini biasanya terjadi ketika kita menulis naskah fiksi. Tokoh yang diceritakan kesannya mengada-ada atau rekayasa atau karakter tokohnya tidak membumi atau seakan tidak pernah ada.
Materi yang disampaikan oleh Bu Nikmah sangatlah mambantu bagi seorang penulis terutama pada saat tahap editing. Bagi penulis yang terbiasa melakukan self editing, 13 trik di atas sangat membantu untuk menyempurnakan naskah yang sudah ada. Dengan demikian, tulisan yang dihasilkan akan lebih bagus, efektif dan tentunya lebih enak dibaca.
Noralia Purwa Semarang.
Penulis
Luar biasa… Ada 13 kesalahan dlm menulis, trimks Bunda… share ilmunya luar biasa keren…
Keren Bu Nora. Terima kasih
Betul pak
Sangat manfaat
Jozzzz gandos. Kotos kotos.
Saya belum berhasil buat buku. Ajari ya pak.
Sip
Saya belum berhasil buat buku. Ajari ya pak.
Menambah ilmu bu
Terima kasih ilmunya. Sangat bermanfaat sekali.
MasyaAllah.. membantu sekali bagi penulis apalagi yang pemula. Penjabarannya juga bagus, enak untuk membacanya.
Terimakasih, salam sukses.
Sangat bermanfaat 💪
Silahkan kawan kawan yg mau kirim naskah bisa lewat wa omjay di 08159155515