H.002/1443H
Momen awal tahun selalu menjadi awal untuk menetapkan resolusi. Ada yang mengatakan bahwa resolusi merupakan bagian dari rencana menjalani kehidupan yang disusun saat momen tahun baru tiba. Seperti saat ini, awal tahun baru Hijriyah. Sebagian umat Islam, mulai menyusun resolusi, demi kehidupan yang lebih baik. Mereka menamakan hijrah, berpindah dari suatu keadaan yang dinilai kurang baik ke arah yang jauh lebih baik.
Seperti Anda, saya pun hampir setiap awal tahun selalu menyusun resolusi. Teman-teman bahkan membagikannya di status media sosial yang dimiliki. Seolah ingin memberitahu dunia bahwa ia akan berubah, melakukan ini dan itu. Saya, tidak berani melakukannya. Bukan saja tidak ingin rencana-rencana hidup pribadi saya menjadi konsumsi publik, melainkan rasa malu jika tidak mampu merealisasikannya. Ya, resolusi mudah diucapkan atau dituliskan. Sebab, kemampuan dari dalam dan adanya hambatan dari luar diri, menyebabkan ia sulit diwujudkan.
Meskipun demikian, saya ingin menuliskan satu saja resolusi awal tahun Hijriyah yang baru kemarin kita peringati.
Bersyukur
Momen tahun baru adalah momen yang tepat untuk keras hati agar hidup makin bersyukur. Rasa syukur yang pertama adalah, masih diberi waktu. Banyak sahabat, saudara, dan tetangga kita harus mendahului. Mereka tidak diberi kesempatan melanjutkan kehidupan. Ini pantas kita syukuri.
Setidaknya empat hal berikut dapat dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan ini dapat dijadikan resolusi memasuki tahun baru Islam tahun ini.
Pertama, bersedekah kepada mereka yang membutuhkan.
“Jangan lupa sedekah. Lu harus sadar, gue menikmati seperti ini, tapi jangan lupa orang di luar sana. Apa yang kita punya, jadi amal ibadah kita. Jangan sampai apa yang kita punya bikin kita jauh dari Tuhan. Tapi, apa yang kita punya seperti ini bisa mendekatkan diri kepada Tuhan paling penting.”
Begitu penuturan Fitno Fabulous sebagaimana dikutip detik.com. Fitno Fabulous adalah seorang pedagang pasar yang menjadi konglomerat karena banyak sedekah.
Kedua, membahagiakan orang tua.
Berbahagialah jika anda masih memiliki orang tua. Membahagiakan orang tua adalah wajib bagi seorang anak. Orang tua senantiasa tulus memberikan apa saja yang ia miliki demi kebahagiaan anaknya. Oleh karean itu, wajar sekali jika anak membalas dengan melakukan sesuatu yang membahagiakan mereka. Meskipun sebesar apa pun yang dilakukan anak tidak akan mampu membalas kebaikan yang telah mereka berikan.
Banyak video klip yang menggambarkan kesedihan orang tua hanya karena anaknya tidak memiliki sikap berterima kasih atau tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengannya. Jadi, hal sederhana yang dapat dilakukan anak untuk membahagiakan orang tua sederhana saja. Mengucapkan terima kasih, contohnya. Jangankan orang tua, orang lain pun merasa senang dan bahagia jika kita mengucapkan terima kasih atas apa pun yang diberikan.
Hal lain yang dapat dilakukan untuk membahagiakan orang ua adalah melakukan komunikasi. Saya teringat, karena tempat tinggal di pedalaman, Kantor Pos di kecamatan tidak setiap minggu bisa dikunjungi. Ketika pulang ke kampung dan bertemu dengan almarhum ayah, ia bertanya apakah suratnya sudah sampai. Bahkan dengan jujur ia berkata, pernah ingin mengirimi kertas folio bergaris dan pena, agar menulis surat dan memberi kabar.
Oke lah, itu kejadian puluhan tahun lalu sebelum teknologi seperti sekarang ini. Apatah lagi sarana komunikasi yang makin hebat. Panggilan video bahkan aplikasi konferensi video bukan hal mahal dan asing. Tentu, mereka akan berduka jika dalam kurun waktu lama tidak berkirim kabar, dengan tulisan atau dengan gambar atau gambar bergerak. Siap, ya? Bahagiakan orang tuamu selagi masih ada!
Ketiga, rajin beribadah dan berdoa.
Manusia adalah makhluk religius. Ia meyakini ada dzat yang patut disembah, karena ia pemberi nikmat kepada manusia selama di dunia. Sarana komunikasi dengan Sang Pencipta adalah dengan beribadah dan berdoa, karena itulah tuntunan agama agar manusia sebagai makhluk dekat dengan Sang Khalik. Sebagaimana firman-Nya dalam kitab suci.
“Berdoalah kepada-Ku niscaya aku akan mengabulkannya.”
Beribadah dan berdoa adalah dua perkara yang beriringan. Keduanya saling mendukung. Berdoa dilakukan kala beribadah begitu syahdu dan indah. Berdoa di luar ibadah pun memiliki propabilitas yang tinggi untuk dikabulkan jika kualitas ibadah kepada Tuhan semakin baik.
Keempat, meluangkan waktu untuk berbuat sesuatu.
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu disibukkan dengan berbagai pekerjaan. Namun di antara kesibukan itu pasti ada waktu luang. Waktu luang itu, dapat diisi dengan kegiatan yang bermanfaat. Bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, atau orang lain. Kegiatan tersebut misalnya: bersantai, menyalurkan hobi, membaca, atau menulis.
Benarkah jika ada yang berdalih tidak memiliki waktu luang? Waktu luang tidak harus ditunggu. Waktu luang itu kita ciptakan. Semua orang memiliki waktu yang sama dalam sehari, 24 jam. Tidak mungkin waktu sebanyak itu habis untuk bekerja, beribadah, atau untuk tidur saja. Bekerja pun ada jedanya, beribadah demikian juga. Bahkan tidur terlalu lama pun tidak membuat badan menjadi bugar bahkan sebaliknya. Oleh karena itu, meluangkan waktu untuk berbuat sesuatu merupakan bentuk rasa syukur, bahwa kita masih diberi waktu.
Tugumulyo, Musi Rawas, 11 Agustus 2021
Artikel ini sudah terbit di blog probadi blogsusanto.com.