Rezeki dan Kematian. Tidak ada orang yang tahu. Semua itu rahasia Allah. Kita tinggl menjalani saja. Kalau sudah rezekinya, kita tinggal menjemput saja. Kalau sudah saatnya, malaikat maut akan menghampiri kita.
Beberapa hari lalu saya mendapatkan 4 ekor anak kucing di depan rumah. Sampai sekarang saya tidak tahu siapa yang membuangnya. Bagi kami ini sebuah rezeki. Keempat anak kucing itu kami rawat dengan sepenuh hati.
Mereka berlari ke sana kemari. Lucu-lucu dan menggemaskan. Keempat anak kucing menjadi hiburan baru di era pandemi saat ini. Sudah sebulan lebih kami tidak kemana-mana. Kita di rumah saja. Belajar, berdoa, dan bekerja dari rumah.
Setiap hari ada saja informasi Kematian. Satu demi satu sahabat kami berpulang. Tinggal kita menunggu giliran. Kematian itu pasti. Bisa jadi anda duluan saya belakangan atau saya belakangan anda duluan didatangi malaikat pencabut nyawa. Hehehe.
Urusan mati saya masih takut. Saya termasuk orang yang takut mati. Sebab dosa dosa saya masih banyak. Saya minta waktu untuk mengurangi dosa dosa saya kepada Allah. Oleh karena itu, berbuat baik setiap hari saya lakukan. Untuk mengumpulkan bekal perjalanan abadi.
Saya mau cerita juga. Di rumah kami ada 2 ekor kucing betina. Mereka datang sendiri ke rumah kami. Setiap hari mereka minta makan. Jadilah setiap hari kami menyediakan makanan kucing. Istri memesannya lewat telepon. Tukang makanan kucing akan datang ke rumah seminggu sekali.
Di rumah kami juga ada kucing jantan. Namanya si Bonbon. Dia kucing peliharaan kami. Bulunya lembut dan badannya gagah. Kucing betina pasti terpesona oleh kejantanan si Bonbon. Tak salah bila si pilek dan putih akhirnya jatuh cinta pada si Bonbon. Mereka akhirnya kawin tanpa perayaan pernikahan.
Singkat cerita si pilek melahirkan anak 3 ekor. Juga si putih melahirkan anak 3 ekor. Si pilek dulu yang melahirkan anaknya. Lucu dan menggemaskan. Tapi kegembiraan kami tak berlangsung lama. Anak si pilek semuanya mati. Satu karena rumah kami kebanjiran dan dua anaknya lagi mati karena kelaparan. Kami lupa tak membawa mereka ke Bandung saat liburan. Akhirnya mereka mati kurang makan dan kelaparan.
Setelah anak si pilek mati, si putih melahirkan 3 ekor anak kucing. Sempat membesar selama 3 bulan. Tapi virus mematikan telah menimpa mereka. Kami temukan 2 ekor anak si putih mati di depan rumah dengan tubuh kaku.
Saya menguburkan jenazah kedua ekor anak kucing dengan dukacita yang mendalam. Baru saja kami dapat rezeki 3 ekor kucing yang baik hati. Sekarang mereka sudah mati. Duku eh dulu mereka di atas tanah. Kini mereka di dalam tanah. Saya kuburkan di depan rumah pak Dokter Firdaus. Tetangga rumah kami yang baik hati.
Anak si putih tinggal 1 lagi. Warna bulunya juga putih. Sama persis dengan emaknya. Suatu hari istri melihatnya dia sakit. Keponakan saya Alda dan si bungsu Berlian langsung membawanya ke dokter hewan. Kata dokter hidupnya tinggal 10 persen. Sebab virusnya sudah masuk ke seluruh tubuhnya.
Selama hampir seminggu istri merawatnya dengan penuh kasih sayang. Namun kesedihan itu pun datang. Si putih akhirnya meninggal di kandang. Innalilahi wainnailaihi rojiun.
Kematian anak-anak kucing itu membuat kami berkabung. Lebih sedih lagi mendengar berita orang orang dekat kami meninggal karena terserang covid19. Kami tak bisa menengok mereka. Hanya saling sapa dan berkomunikasi lewat ponsel saja. Kami hanya bisa mendoakan dari jauh dengan melaksanakan sholat ghoib.
Saat kesedihan memuncak. Datanglah 4 ekor anak kucing dikirimkan Allah. Anak bungsu saya Berlian senang sekali dibuatnya. Dia gendong anak-anak kucing itu dengan penuh kasih sayang.
Rezeki dan kematian hanya Allah yang tahu rahasianya. Kita tak pernah tahu kapan akan mati. Rezeki manusia tidak akan pernah tertukar. Allah telah kirimkan 4 ekor anak kucing untuk kami rawat. Semoga mereka terus membesar. Kami kasih nama mereka. Si Bobo, Bibi, Bebe dan Bubu. Ada 2 ekor jantan dan 2 ekor betina. Kemarin keponakan saya Yudha sudah memeriksa jenis kelaminnya.
Pagi ini saya bermain dengan mereka. Hampir saja si Bibi kena injek sama saya. Mereka gak mau diem. Apalagi setelah dikasih makan. Alda akan membeli kalung buat mereka. Supaya orang mudah menyebut namanya. Selama ini saya membedakannya dari buntutnya. Kalau si Bobo sama si Bibi buntutnya panjang. Si Bobo lebih panjang sedikit buntutnya. Kalau si Bubu sama si Bebe buntutnya pendek. Si Bebe buntutnya paling pendek.
Istri saya malah memberi nama lain untuk keempat anak kucing. Katanya namanya sing, song, sing dan seng. Mirip nama-nama kucing China. Lalu saya bilang sekalian aja bikin akte kelahiran dan bikin bubur merah putih untuk mengganti namanya. Hahaha.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru Blogger Indonesia
Blog http://wijayalabs.com
Memang takdir Allah, jika kita syukuri akan menjadi indah.
Hidup, mati, rezeki hanya Allah yg tahu.
Tulisan yg mengingatkan kita tentang rasa bersyukur.
Dirumah saya aplagi Om Jay,
Ada 6 kucing
Piaraannya cuma 1
Temennya ada 5…
Betah tinggal di rumah pula 😀