SENI KUDA KEPANG WUJUD GELORA SUMPAH PEMUDA
Reog Ponorogo sudah begitu lama terdengar mendunia. Bahkan pernah diklaim oleh negara tetangga yakni Malaysia sebagai seni budaya miliknya. Selain Reog Ponorogo, ternyata kesenian tari yang menggunakan ornamen berasal dari anyaman bambu berbentuk kuda tersebut banyak sekali sebutan serta asalnya. Ada yang menyebutnya kuda kepang, kuda lumping, jaranan dan lain sebagainya. Di sebagian besar wilayah eks Karesidenan Banyumas, Pekalongan, maupun Kedu bagian Selatan dan sekitarnya masyarakat menyebutnya kesenian “Ebeg”. Ternyata kesenian ini tidak hanya berasal dari Ponorogo, melainkan dari sebagian besar Jawa Timur, Jawa Tengah bahkan Jawa Barat. Bisa dikatakan bahwa kesenian kuda kepang adalah kesenian yang berasal dari pulau Jawa.
Di balik maraknya kesenian kuda kepang, kuda lumping, jaranan maupun ebeg ataupun sebutan lainnya, yang begitu menarik bagi penulis untuk dibahas dalam hal ini adalah semangat persatuan dan kesatuan di baliknya. Seperti yang dapat kita jumpai di daerah kota dingin Curup, kota kecil yang merupakan Ibukota Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Ketika kita berkunjung di daerah ini, suatu saat akan ditemukan tontonan masyarakat bernama kuda kepang. Kesenian kuda kepang ini bila ditinjau asal usulnya yang berasal dari Jawa, jarak yang begitu jauh di masa lampau ataupun masa penjajahan bagi kesenian ini. Ternyata kesenian kuda kepang ini, dapat kita jumpai dengan mudah di sebagian besar wilayah Kabupaten Rejang Lebong, baik di lingkungan mayoritas etnis Jawa atau lingkungan yang warganya penduduk asli daerah ini.
Biasanya tontonan kuda kepang ini dipentaskan dalam rangka acara pesta. Baik itu pesta khitanan, perkawinan, dan mungkin juga syukuran atas kelahiran seorang anak. Nama-nama grup kesenian kuda kepang di daerah ini pun bermacam-macam. Ada Turonggo Seto, Mekar Budhoyo, Trisno Budhoyo, Cempaka Mekar Sureja. Dari sekian nama kelompok kesenian kuda kepang yang tersebut, ada satu nama yang begitu unik menarik untuk dicermati. Sebut saja kesenian kuda kepang “Cempaka Mekar Sureja”. Kesenian kuda kepang ini berasal dari kelurahan Talang Benih Kecamatan Curup Kabupaten Rejang Lebong. Ternyata setelah ditelusuri kata “Sureja” merupakan akronim atau singkatan dari kata Sunda, Rejang, Jawa. Kelompok kesenian kuda kepang “Sureja” ini ternyata para personilnya mulai dari penari, penabuh gamelan, dan pengurusnya adalah campuran dari generasi yang berasal dari nama-nama dalam kelompok tersebut yakni Sunda, Rejang dan Jawa. Adapun Rejang merupakan nama suku asli di daerah ini.
Selain kuda kepang sebagai hiburan tontonan yang merupakan bentuk kolaborasi budaya yang personilnya berlatar belakang multietnis, di Curup juga berkembang seni budaya bentuk lain yang beraneka ragam. Keberagaman seni budaya bisa hidup berdampingan dengan budaya asli daerah ini. Meskipun di era digital generasi muda sudah mulai berkurang minatnya terhadap kesenian tradisional yang satu ini. Namun, ternyata kesenian tersebut tetap eksis bagi sebagian warga keturunan Jawa dan para pecintanya yang dari warga pribumi, dan terus berusaha melestarikannya. Bahkan oleh Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong, kesenian tradisional tersebut difestivalkan pada saat HUT kota Curup setiap tahunnya. Terkecuali dua tahun ini selama masa pandemi. Perayaan HUT kota Curup disederhanakan sesuai dengan situasi pandemi.
Selain seni budaya yang beragam bentuknya, di daerah ini juga bisa ditemui penutur bahasa yang beragam pula. Bahasa Rejang sebagai bahasa asli tetap terlestarikan. Aksara Ka Ga Nga sebagai warisan budaya adiluhung dari para leluhur suku Rejang dan merupakan salah satu peninggalan bersejarah kebanggaan Provinsi Bengkulu. Upaya pemerintah dalam rangka pelestarian baik segi bahasa maupun aksara Ka Ga Nga dengan memasukkannya dalam kurikulum pendidikan dasar baik SD maupun MI. Bahasa Rejang dan Lembak merupakan bahasa daerah di Kapubaten Rejang Lebong hingga sekarangpun masih tetap eksis sebagai sarana berkomunikasi di tengah-tengah masyarakat daerah ini. Di samping itu, dapat kita jumpai dalam masyarakat Rejang Lebong petutur bahasa selain dua bahasa asli penduduk Rejang Lebong yakni petutur Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura dan lain-lain sebagai bahasa komunikasi sebagian masyarakatnya. Dan untuk sehari-hari komunikasi antar warga yang multi etnis menggunakan bahasa Melayu dialek Curup. Membaca sejarah bahwa asal-usul bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Artinya petutur bahasa Melayu dialek Curup juga sebagai petutur bahasa Indonesia. Dengan demikian masyararakat daerah ini bersatu padu dan dipersatukan dengan bahasa pengantar bahasa persatuan Bahasa Indonesia.
Semangat kebersamaan tersebut sudah berlangsung sejak lama. Perbedaan budaya ternyata tidak menjadikan penghalang untuk bersatu dan bahu-membahu membangun daerah ini di berbagai bidang kehidupan. Bhineka Tunggal Ika dapat diterapkan dengan baik pada setiap lapisan masyarakat daerah ini. Baik secara langsung maupun tak langsung semangat bersatu melalui bidang seni dan budaya ini terutama kesenian kuda kepang dapatlah dikatakan sebagai bentuk perwujudan semangat Sumpah Pemuda yang digelorakan tanggal 28 Oktober 1928. Semoga semangat bersatu dalam kebhinekaan dapat terus terpupuk, terbina dan terlestarikan dengan baik, seiring derap langkah semangatnya generasi muda dalam menggelorakan Sumpah Pemuda di era globalisasi dan digitalisasi sekarang ini. Jayalah Indonesiaku, Jayalah Negeriku. Abadi untuk selama-lamanya.
Biodata Penulis
Basuki, lahir di Desa Peniron Kec.Pejagoan Kab.Kebumen Jawa Tengah. Menempuh pendidikan dari jenjang Pendidikan Dasar sampai Perguruan Tinggi, sebagai berikut: SDN Peniron I, SMPN 3 Kebumen, SPGN Kebumen (Jawa Tengah), DII Universitas Bengkulu, S1 Universitas Muhammadiyah Bengkulu, dan Pasca Sarjana di Universitas Bengkulu. Beralamat di Jln.Lingkar PP Nurul Kamal Ds.Karang Jaya Kec.Selupu Rejang Kab.Rejang Lebong Prov.Bengkulu. Berkarir sebagai tenaga pendidik sejak September 1994 hingga sekarang. Di pertengahan September 2016 dipercaya Pemerintah sebagai tenaga pendidik dan bertugas di SD Negeri 22 Rejang Lebong Provinsi Bengkulu sebagai guru kelas. Terima kasih, semoga bermanfaat. Aamiin
sangat setuju utk melestatikan budaya asli Indonesia diera modernisasi mellenial 👍👍👍
Terima kasih, Mas Ari…..
Nama Grup Kukep SUREJA cukup menarik memang utk dibahas, pengaruh kesenian ini unik juga ternyata, dan sebenarnya seni ini cukup menguntungkan bisa jadi benefit n identitas keragaman budaya, inilah bentuk bukti Negeri ini Ramah, tak pandang siapa n darimana, Indonesia adalah Satu
Terima kasih, Mas Jerry. Semangat bersatu dalam kebhinekaan di Rejang Lebong salah satunya diwujudkan dalam Grup Kesenian Kuda Kepang “SUREJA”, Sunda, Rejang, Jawa…..
sangat setuju untuk melestatikan budaya asli Indonesia diera Globalisasi yang dimana Generasi muda, malah melupakan identitas bangsa yakni budaya nya
Sangat menarik tentang kebudayaan kuda kepang dan perlu kita lestarikan supaya anak bangsa tetap mempelajari dan mencintai kebudayaan lokal 👍🏻
Sangat menarik tentang kebudayaan kuda kepang dan kita perlu lestarikan agar anak bangsa tetap mempelajari dan mencintai kebudayaan lokal yang di miliki👍🏻
Sukses,Mbah.
Sudah bagus dan lebih bagus jika diawali dg sejarah singkat Kuda Kepang di Rejang Lebong.
Selain itu diisi /inti tulisan ini kurang tergambar korelasi Kuda Kepang dg gelora bagi pemuda sebagai pelaku Sumpah Pemuda 1928.
Terima kasih, Om…
Yang ditonjolkan semangat bersatu…. Ternyata kuda kepang bisa menyatukan beberapa suku bangsa di Rejang Lebong. Terbukti dengan kelompok Sureja (Sunda Rejang Jawa) atau yang terdengar terakhir kelompok kuda kepang “Basureja” (Batak, Sunda, Rejang, Jawa)… Semangat BERSATU dalam wadah seni kuda kepangnya, Om….