Peran guru dalam dunia pendidikan merupakan unsur kausalitas dalam mengubah peradaban pengetahuan siswa menuju high potential. Untuk mencapai kebutuhan potensi siswa, pola pembelajaran di dalam kelas membutuhkan sinergi pembaharuan agar tercipta iklim pelajar yang kondusif dan prestatif.
Dewasa ini, perombakan kurikulum terus berkelanjutan demi memenuhi kebutuhan individu setiap siswa. Pola pembelajaran yang up to date merupakan langkah pasti pemerintah dalam membawa laju generasi bangsa yang potensial.
Proses pembelajaran yang interaktif memantik hasrat para siswa agar mampu mengeksplor potensi diri menuju arah yang representative. Belajar sesuai minat adalah kebutuhan setiap individu. Untuk itu, penting bagi stakeholder pendidikan untuk terus mengaktualisasi pembelajaran berdasarkan kecocokan bakat dan pengembangan potensi siswa.
Kurikulum terapan terbaru dalam etos pembelajaran adalah mencipatakan Strategy Belajar Differensiasi. Sebuah model belajar yang memeberi kebebasan para siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan mengeksplor daya potensi masing-masing siswa. Jadikan belajar sebagai sebuah produk yang berazaskan hobi, ketertarikan dan cita-cita yang hakiki. Di bawah ini merupakan link youtube tentang aplikasi penerpan Strategi Belajar Differensiasi.
Merujuk pada pengembangan kurikulum bahwa siswa lebih sempurna dalam menguasai pembelajaran dengan tiga pola mendasar di antaranya: Auditory, Visual, dan Kinestetik. Ketiga hal tersebut akan menunjang iklim belajar yang merdeka, berwawasan, dan ekspolartif.
Manusia sebagai pemilik indera pendengar, tentu memiliki keunggulan lebih dalam memahami materi dengan mendengarkan. Hal ini mendukung siswa sebagai mampu individu yang mampu belajar dengan memahami konsep Auditory. Artinya, bisa menguasai pembelajaran dengan model mendengarkan.
Demikian pula dengan indera penglihatan, rangkaian sel saraf dalam otak akan memberikan respon dari penglihatan sebagai stimulus. Itulah sebabnya setiap individu memiliki pemahaman berbeda ketika memahami materi lewat indera penglihatan. Hal ini manarik kesimpulan jika siswa sebagai mahluk individu yang mampu menguasai materi dengan cara melihat. Penguasaan tersebut dapat mengklasifikasikan siswa sebagai kelompok pelajar dengan moda Visual.
Lain halnya dengan kemampuan otak ketika mencerna materi, otak tersebut bisa bergerak secara aktif untuk menggerakan anggota tubuh untuk bertindak. Dalam hal ini, kemampuan siswa disebut dengan memahami pola belajar learning by doing. Belajar dengan memanfaatkan respon otak melalui gerak tubuh, dikategorikan sebagai siswa penerima pola belajar Kinestetik.
Ketiga alasan itu, menjadi tolak ukur bagaimana siswa mampu mengembangkan potensi diri dengan menguasai dimensi ilmu yang variatif. Untuk itu, sebagaimana guru adalah agen penggerak maka tugas kita sebagai guru adalah meramu perubahan menuju pencapaian belajar yang maksimal.
terima aksih
Education for all